Ihsan berasal dari
kata hasana yuhsinu, yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk
masdarnya adalah ihsanan, yang artinya kebaikan. Allah Swt. Berfirman dalam
Al-qur’an mengenai hal ini.
” Jika kamu berbuat
baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri . . .”(Al-isra’:7)
“Dan berbuat baiklah
(kpd orang lain) seperti halnya Allah berbuat baik terhadapmu . . “(Qs
AL-Qashash: 77).
Ibnu katsir
mengomentari ayat diatas dengan mengatakan bahwa kebaikan yang dimaksud dalam
ayat tersebut adalah kebaikan kepada seluruh mahluk Allah Swt.
Landasan syar’I ihsan
Pertama Al- qur’anul
karim
Dalam Al-qur’an,
terdapat 166 ayat yang berbicara tentang ihsan dan implementasinya. Dari sini
kita dapat menarik satu makna, betapa mulia dan agungnya perilaku dan sifat
ini, hingga mendapat porsi yang sangat istimewa dalam Al-qur’an. Berikut ini
adalah beberapa ayat yang menjadi landasan akan hal ini.
“ Dan berbuat baiklah
kalian karena sesungguhnyaAllah mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (Qs.
Al- baqarah: 195)
“Sesungguhnya Allah
memerintahkan untuk berbuat adil dan kebaikan.” (Qs.An-nahl:90)
“. . . . .serta
ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia. . . .”(Qs. Al-baqarah:83)
“Dan berbuat baiklah
terhadap kedua orang ibu bapak, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat maupun yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan para hamba
sahayamu. . . . “ (Qs. An-nisa’: 36)
Kedua, As-sunnah
Rasulullah Saw. Pun
sangat memberi perhatian terhadap masalah ihsan ini. Sebab,ini merupakan puncak
harapan, perjuangan seorang hamba. Bahkan, diantara hadits-hadits mengenai
ihsan tersebut, ada beberapa yang menjadi landasan utama dalam memahami agama ini.
Rasulullah Saw. menerangkan mengenai ihsan –Ketika ia menjawab pertanyaan
malaikat jibril tentang ihsan, dimana jawaban tersebut dibenarkan oleh jibril,
dengan mengatakan ,” Engkua menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan
apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”
(HR. Muslim).
Aspek pokok dalam
ihsan
Ihsan meliputi tiga
aspek yang fundamental ketiga aspek tersebut ibadah, muamalah, dan ahklak.
Ibadah
Kita berkewajiban
ihsan dalam beribadah, yaitu dengan menjalankan semua jenis ibadah, seperti
solat, puasa, haji dan sebagainya dengan cara yang benar. Yaitu dengan
menyempurnakan syarat, rukun, sunnah, dan adab-adabnya. Hal ini tidak akan
mungkin dapat ditunaikan oleh seorang hamba, kecuali jika saat pelaksnaan
ibadah-ibadah tersebut ia penuhi dengan cita rasa yang sangat kuat
(menikmatinya), juga dengan kesadaran penuh bahwa Allah selalu memantaunya
hingga ia merasa bahwa ia sedang dilihat dan diperhatikan oleh Allah. Minimal
seorang hamba harus merasa bahwa Allah selalu memantaunya, karena dengan inilah
ia dapat menunaikan ibadah-ibadah tersebut dengan baik dan sempurna, sehingga
hasil dari ibadah tersebut akan seperti yang diharapkan.inilah maksud dari
perkataan Rasulullah Saw. yang berbunyi,
“Hendaklah kamu
menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, dan jika engkau tidak dapat
melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”
Kini jelaslah bagi
kita bahwa sesungguhnya arti dari ibadah itu sendiri sangatlah luas. Maka
selain dari jenis ibadah itu tadi, yang tidak kalah pentingnya adalah juga
seperti ibadah lainnya seperti jihad, menghormati sesame mukmin, mendidik anak,
membahagiakan istri, dan menjalankan yang mubah semata-mata demi mencari dan
mendapatkan Ridho Allah Swt. dan masih banyak lagi. Rasulullah menghendaki
umatnya dalam keadan seperti itu, yaitu senantiasa sadar jika ingin ingin
mewujudkan ihsan dalam setiap ibadahnya.
Tingkat ibadah dan
derajatnya
Berdasarkan nash-nash
dalam Al-qur’an dan sunnah, maka ibadah mempunyai tiga tingkatan, yang pada
setiap tingkatan derajatnya seorang hamba tidak akan dapat mengukurnya. Karena
itulah kita berlomba-lomba untuk meraihnya, pada setip derajat ada tingkatan
tersendiri dalam surga. Yang tertinggi adalah derajat muhsinin, Dan ia akan
menempati jannatul firdaus, derajat tertinggi dalam surga. Kelak penghuni surgs
tingkat bawah akan memandangi penghunu surga surga tingkat atas, laksana
penduduk bumi memandangi bintang-bintang di langit yang menandakan betapa
jauhnya jarak antara mereka.
Adapun tiga tingkatan
ter sebut adalah sebagai berikut :
Tingkat At-taqwa, yaitu tingkatan paling
bawah dengan derajad yang berbeda-beda.
Tingkat Al-bir, yaitu
tingkat menengah dengan derajat yang berbeda-beda.
Tingkat Al-ihsan,
yaitu tingkat paling atas dengan derajat yang berbeda-beda.
Tingkat taqwa
Tingkat taqwa adalah
tingkatan dimana seluruh derajatnya dihuni oleh mereka yang masuk kategori
Al-muttaqin, sesuai dengan derajad ketaqwan masing-masing.
Taqwa akan menjadi
sempurna dengan menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi serta
meninggalkan segala apa yang dilarangNya, hal ini berarti meninggalkan salah
satu perintah Allah saja dapat mengakibatkan sangsi, dan melakukan salah satu
laranganNya saja adalah dosa. Dengan demikian puncak taqwa adalah menjalankan
semua perintah Allah serta menjauhi segala laranganNya.
Namun ada satu hal
yang harus dipahami dengan benar, yaitu bahwa Allah Swt. Maha mengetahui
mengetahui keadaan hamba-hambaNya yang memiliki berbagai kelemahan, yang dengan
kelemahannya itu seorang hamba melakukan dosa. Oleh karena itu Allah membuat
satu cara penghapusan dosa, yaitu dengan cara bertobat dan pengampunan. Melalui
hal tersebut, Allah akan mengampuni hambaNya yang berdosa karena kelalaiannya
dari menunaikan hak-hak taqwa. Sementara itu, ketika seorang hamba naik
peringkat puncak taqwa, boleh jadi ia akan naik peringkatnya pada peringkat bir
atau ihsan. Peringkat ini disebut martabat taqwa, karena amalan-amalan yang ada
pada derajat ini membebaskannya dari siksaan atas kesalahan yang dilakukannya.
Adapun derajat yang paling rendah dari peringkat ini adalah derajat dimana
seseorang menjaga dirinya dari kekalnya dalam neraka, yaitu dengan iman yang
benar dan diterima oleh Allah Swt.
Tingkat Al-bir
Peringkat ini akan
dihuni oleh mereka yang masuk kategoi Al-abror, hal ini sesuai dengan
amalan-amalan kebaikan yang mereka lakukan dari ibadah-ibadah sunnah serta
segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah Swt. hal ini dilakukan
setelah mereka melakukan hal yang wajib, yakni yang ada pada peringkat
At-taqwa.
Peringkat ini disebut
derajat Al-bir (kebaikan), karena derajat ini merupakan perluasan pada hal-hal
yang sifatnya sunnah, sesuai sifatnya semata-mata untuk mendekatkan diri kepada
Allah dan merupakan tambahan dari batasan-batasan yang wajib serta yang di
haramkanNya. Amalan-amalan ini tidak diwajibkan oleh Allah kepada hambaNya,
tetapi perintah itu bersifat anjuran, sekaligus terdapat janji pahala
didalamnya.
Akan tetapi mereka
yang melakukan amalan tambahan ini tidak akan masuk kedalam tingkatan Al-bir,
kecuali mereka telah melaksanakan peringkat yang pertama, yaitu peringkat
taqwa. Karena melaksanakan hal yang pertama menjadi syarat mutlak untuk naik
keperingkat yang selanjutnya.
Dengan demikian,barang
siapa yang mengklaim dirinya telah melakukan kebaikan sedang ia tidak mengimani
unsure-unsur kaidaah iman dalam ihsan, serta tidak terhindar dari siksaan
neraka , maka ia tidak dapat masuk kedalam peringkat ini. (Al-bir). Allah Swt.
telah berfirman,
“Bukanlah kebaikan
dengan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebaikan itu adalah
taqwa, dan datangilah rumah-rumah itu dari pintu-pintunya dan bertaqwalah
kepada Allah agar kalian beruntung.” (Qs. Al-baqarah: 189).
“ya tuhan kami,
sesungguhnya kami mendengar seruan orang yang menyeru kepada iman, yaitu berimanlah kamu kepada
tuhanmu, maka kamipun beriman. Ya tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami
dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami dan wafatkanlah kami bersama
orang-orang yang banyak berbuat baik.” (Al-imran: 193) .
Tingkat ihsan
Tingkatan ini akan
dicapai oleh mereka yang masuk dalam kategori Muhsinun, mereka adalah orang
yang telah melewati tingkat pertama dan kedua (peringkat At-taqwa dan Al-bir).
Ketika kita mencermati
pengertian ihsan dengan sempurna, maka kita akan mendapatkan kesimpulan bahwa
ihsan memiliki dua sisi yaitu : Pertama, ihsan adalah kesempurnaan dalam
beramal sambil menjaga keiklasan dan jujur dalam beramal.
Kedua, ihsaan adalah
sensntiasa memaksimalkan amalan-amalan sunnah yang dapat mendekat diri kepada
Allah Swt. selama hal itu adalah sesuatu yang diridhaiNya dan dianjurkan untuk
melaksanakannya.
Untuk dapat naik
kemartabat ihsan dalam segala amal , hanya bisa dicapai melalui amalan-amalan
wajib dan amalan-amalan sunnah yang dicintai oleh Allah Swt. serta dilakukan
atas dasar mencari ridha Allah Swt.