Tentang penciptaan langit dan bumi dalam waktu enam hari ini telah
diinformasikan Allah swt didalam beberapa ayatnya, seperti :
وَهُوَ الَّذِي خَلَق السَّمَاوَاتِ
وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ
Artinya : “Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa.”
(QS. Huud : 7) :
وَلَقَدْ خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ
Artinya : “dan Sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa.” (QS. Qaff : 38) :
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ
Artinya : “Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa.” (QS. Sajdah : 4)
*قُلْ أَئِنَّكُمْ
لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ
أَندَادًا ذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ ﴿٩﴾
وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِن فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاء لِّلسَّائِلِينَ ﴿١٠﴾
ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاء وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ ﴿١١﴾
فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاء أَمْرَهَا
وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِن فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاء لِّلسَّائِلِينَ ﴿١٠﴾
ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاء وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ ﴿١١﴾
فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاء أَمْرَهَا
Artinya : “Katakanlah: “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang
menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (yang
bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam”. dan Dia menciptakan di bumi
itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan
padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu
sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. kemudian Dia menuju kepada
penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan
suka hati atau terpaksa”. keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”.
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada
tiap-tiap langit urusannya.” (QS. Fushilat : 9 – 12)
Sayyid Qutb mengatakan,”.. Hari-hari apa itu : dua hari untuk menciptakan
bumi dan dua hari untuk menciptakan gunung-gunung yang kokoh, menentukan
padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dan memberkahinya sehingga seluruhnya
sempurna dalam empat hari. (Fii Zhilalil Qur’an juz V hal 3110)
Imam Al Qurthubi mengatakan bahwa makna “dalam dua hari” adalah ahad dan
senin… Qatadah dan Mujahid mengatakan bahwa Dia swt menciptakan di bumi,
sungai-sungai, pepohonan dan binatang melata pada hari selasa dan rabu.
Sedangkan makna “dalam empat hari” adalah sempurna dalam empat hari, seperti
seorang yang mengatakan,”Aku pergi dari kota Basrah ke Bagdad dalam sepuluh
hari kemudian ke Kufah dalam lima hari. Jadi itu sempurna dalam lima belas
hari.” (Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an jilid VIII hal 290)
Imam Ath Thabari mengatakan bahwa makna firman-Nya “Sesungguhnya patutkah
kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua hari” adalah hari ahad dan
hari senin, sebagaimana berita dari Rasulullah saw dan perkataan para ulama.
(Tafsir Ath Thabari juz XXI hal 432)
Didalam sunnah disebutkan bahwa bumi diciptakan dalam tujuh hari,
sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairoh bahwa Rasulullah saw
memegang tanganku dan bersabda,’”Allah swt telah menciptakan tanah pada hari
sabtu, menciptakan di bumi gunung-gunung pada hari ahad, menciptakan pepohonan
pada hari senin, menciptakan yang tidak disukai pada hari selasa, menciptakan
cahaya pada hari rabu, menyebarkan binatang melata di bumi pada hari kamis,
menciptakan Adam pada hari jum’at setelah ashar yang merupakan akhir penciptaan
di akhir waktu dari waktu-waktu hari jum’at yaitu antara ashar hingga malam.”
Para ulama berbeda pendapat tentang hadits ini, Yahya bin Ma’in,
Abdurrahman bin Mahdiy, Bukhori dan yang lainnya mengatakan bahwa hadits itu
keliru dan ia bukanlah dari perkataan Nabi saw, bahkan Bukhori menjelaskan
didalam “at Tarikh al Kabir” bahwa itu adalah perkataan Ka’ab seorang alim.
Diantara yang berpendapat seperti itu juga Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah dan
muridnya Ibnul Qoyyim. Syeikhul Islam mengatakan bahwa dalil terhadap mereka
adalah telah jelas disebutkan didalam Al Qur’an, Sunnah dan Ijma bahwa Allah
swt telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari dan yang terakhir
diciptakan adalah Adam pada hari jum’at. Terdapat perbedaan terhadap hadits ini
yang menyebutkan bahwa Allah menciptakan itu semua dalam tujuh hari, dan
terdapat riwayat dengan sanad yang lebih shahih dari itu bahwa awal penciptaan
adalah pada hari ahad. (Majmu’ al Fatawa juz I hal 256)
Ada kalangan ulama yang menshahihkan hadits ini dan mengatakan bahwa tidak
ada pertentangan antara hadits itu dengan al Qur’an. Al Qur’an menyebutkan
bahwa penciptaan langit dan bumi dalam enam hari sementara hadits ini
menyebutkan penciptaan segala yang ada di bumi berupa tanah, gunung-gunung dan
yang lainnya, dan tujuh hari itu bukanlah enam hari yang disebutkan didalam Al
Qur’an.
Asy Syeikh Al Albani dalam catatannya terhadap “Misykat al Mashobih”
(3/1598) mengatakan bahwa hadits itu tidaklah bertentangan dengan Al Qur’an
dari sisi manapun, berbeda dengan anggapan sebagian orang. Sesungguhnya hadits
itu menjelaskan tentang keadaan penciptaan bumi saja dan itu berlangsung dalam
tujuh hari sedangkan nash Al Qur’an menyebutkan bahwa penciptaan langit dan
bumi dalam enam hari dan bumi dalam dua hari yang tidak bertentangan dengan
hadits diatas karena adanya kemungkinan bahwa enam hari ini berbeda dengan
tujuh hari yang disebutkan didalam hadits.
Bahwa hadits tersebut menceritakan tentang satu tahapan dari
tahapan-tahapan perkembangan penciptaan bumi sehingga layak untuk dihuni yang
dikuatkan oleh Al Qur’an yang menyebutkan sebagian hari disisi Allah sama
dengan seribu tahun dan sebagiannya setara dengan lima puluh ribu tahun. Maka
apakah ada halangan bahwa enam hari itu seperti demikian? Dan yang tujuh hari
seperti hari-hari kita? sebagaimana dijelaskan hadits, dengan demikian tidak
ada pertentangan antara hadits dengan al Qur’an.
Hal itu juga dikuatkan oleh yang diriwayatkan oleh al Hakim dan al Baihaqi
dengan sanad yang shahih dari Said bin Jabir berkata,”Telah datang seorang
laki-laki kepada Ibnu Abbas dan berkata,”Aku menyaksikan berbagai pertentangan
didalam Al Qur’an.’ Ibnu Abbas berkata,’Berikan apa yang menurutmu
bertentangan.’
Orang itu berkata,’aku mendengar firman Allah swt, “Katakanlah: ”
Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua hari.”
Hingga firman-Nya “dengan suka hati”. Dia swt memulai penciptaan bumi didalam
ayat ini sebelum penciptaan langit, kemudian firman-Nya swt didalam ayat
lain”Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah Telah
membinanya” kemudian Dia berfirman “Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.”
Allah swt menyebutkan penciptaan langit sebelum penciptaan bumi. Ibnu Abbas menjawab,’Adapun
penciptaan bumi dalam dua hari. Sesungguhnya bumi diciptakan sebelum langit,
langit dahulunya adalah asap kemudian Allah jadikan tujuh langit dalam dua hari
setelah penciptaan bumi. Adapun firman-Nya,” “Dan bumi sesudah itu
dihamparkan-Nya.” dia berkata,’Dia menjadikan di bumi gunung, sungai, pohon dan
lautan.
Ini menunjukkan adanya dua penciptaan : penciptaan bumi pada awalnya dan
penciptaan apa-apa yang ada diatasnya, seperti gunung-gunung dan sungai-sungai.
(www.islamweb.net)
Tentang hari-hari yang ada didalam ayat itu, Sayyid Qutb mengatakan bahwa
tidak disangsikan lagi hari-hari itu adalah hari-hari yang batasannya hanya
Allah saja yang mengetahuinya. Ia bukanlah hari-hari di bumi. Hari-hari di bumi
hanyalah qiyas waktu yang ada setelah kelahiran bumi.
Dan sebagaimana di bumi terdapat hari-hari yaitu waktu perputarannya
mengelilingi matahari, begitu juga dengan planet-planet yang memiliki
hari-harinya dan bintang memiliki hari-hari yang berbeda dengan hari-hari bumi,
sebagiannya lebih pendek dari hari-hari bumi dan sebagian lainnya lebih
panjang.
Hari-hari yang diciptakan didalamnya bumi pertama kali kemudian mencakup
diatasnya gunung-gunung, menentukan kadar-kadar makanannya adalah hari-hari
yang diqiyaskan dengan ukuran yang lain yang tidak kita ketahui akan tetapi
kita mengetahui bahwa hal itu jauh lebih panjang dari hari-hari bumi yang kita
kenal.
Dan yang paling dekat bisa kita renungkan sesuai dengan pengetahuan kita sebagai manusia adalah bahwa hari-hari itu adalah zaman yang telah dilalui bumi masa demi masa sehingga bumi kokoh dan padat permukaannya sehingga menjadi layak untuk dihuni. Dan hal itu seperti yang telah disebutkan oleh berbagai teori yang ada dihadapan kita yaitu sekitar dua ribu juta tahun dari tahun-tahun bumi!
Ini hanya sebatas perkiraan ilmiyah yang bersandar pada riset bebatuan dan
perkiraan usia bumi dengan perantaraannya. Kita didalam dirosah Al Qur’an
tidaklah mengatakan bahwa perkiraan-perkiraan itu adalah realita akhir padahal
asalnya bukanlah demikian. Dan tidaklah perkiraan itu kecuali sebatas
teori-teori yang memungkinkan adanya perbaikan.
Kita tidak menempatkan Al Qur’an untuk hal yang demikian akan tetapi kita
mendapati bahwa terkadang teori-teori itu benar dan kita melihat adanya
kedekatan antara teori-teori itu dengan nash Al Qur’an dan kita mendapati bahwa
teori itu bisa menjadi penjelasan bagi nash Al Qur’an tanpa adanya upaya tipu
daya. Dari sini kita dapati bahwa teori ini yang paling dekat dengan kebenaran
karena ia paling dekat dengan kandungan nash Al Qur’an. (Fii Zhilalil Qur’an
juz V hal 3110)