وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاء
كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
“Dan Kami jadikan dari
air segala sesuatu yang hidup, apakah mereka beriman? “
(Qs Al Anbiya ‘ : 30 )
(Qs Al Anbiya ‘ : 30 )
Ayat di atas secara
gamblang menjelaskan kepada kita bahwa segala sesuatu yang hidup di dunia ini
bahan baku penciptaannya berasal dari air. Tidak hanya benda hidup, benda matipun ternyata
bahan bakunya berasal dari air. Lihatlah ayat dan hadist-hadits di bawah
ini :
adalah firman Allah swt :
وَهُوَ الَّذِي خَلَق
السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاء
لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً
“Dan Dia-lah yang
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah arsy-Nya (sebelum itu)
di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya“
(Qs. Hud : 7)
Ayat di atas menjelaskan
kepada kita bahwa keberadaan air jauh lebih dulu dari pada keberadaan langit
dan bumi. Jadi air lebih tua umurnya dibanding langit dan bumi.
Hal ini dikuatkan oleh
sabda Rasulullah shallallhu 'alaihi wa sallam :
كَانَ اللَّهُ وَلَمْ
يَكُنْ شَيْءٌ غَيْرُهُ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ وَكَتَبَ فِي الذِّكْرِ
كُلَّ شَيْءٍ وَخَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ
“Dialah Allah yang- pada
waktu itu – tidak ada sesuatupun selain Dia, sedangkan ‘arsy-Nya di atas
air, lalu Dia menulis di dalam adz-Dzikir segala sesuatu (yang akan terjadi,)
lalu Dia menciptakan langit dan bumi”. (HR. Bukhari, no : 2953)
Dikuatkan juga dgn hadist Abdullah bin Amru bin Al-Ash ra, bahwasanya Rasulullah saw bersabda :
كَتَبَ اللَّهُ
مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ قَالَ وَعَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ
“Allah telah menentukan
takdir bagi semua makhluk lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan
bumi. Rasulullah menambahkan: ‘Dan arsy Allah itu berada di atas air.” (HR. Muslim, no
: 4797).
Mereka berucap,
“Ukuran-ukuran tersebut adalah ketetapan-Nya dengan tulisan memakai Qalam
berbagai ukuran.” (HR. Muslim no : 4797)
Hadits tersebut
menunjukkan bahwa semua itu terjadi setelah penciptaan ‘Arsy. Cukup jelas bahwa
penciptaan ‘Arsy lebih dahulu daripada penciptaan Qalam, yang dengannya segala takdir (ukuran
atau ketetapan) ditulis. Demikianlah pendapat jumhur ulama.
Hadits yang membahas
tentang Qalam diartikan bahwa memang Qalam adalah makhluk yang pertama kali
diciptakan di antara benda-benda alam ini. Allah Subhanahu wa Ta ‘ala Maha
Mengetahui kebenaran hal itu. Berikut nukilan syair-syair Ibnu Rawahah :
Aku bersaksi bahwa janji Allah adalah Haq
Neraka adalah tempat orang-orang kafir
Sesungguhnya Arsy berputar di atas air
Di atas Arsy Rabb alam semesta
Ia diusung oleh para malaikat yang mulia
Para malaikat Uah yang memakai tanda
Syekh Muhammad bin Abdul
Wahab berkata : “ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ memberikan isyarat
bahwa air dan arsy, keduanya adalah makhluq pemula dari alam ini, karena
keduanya diciptakan sebelum langit dan bumi, dan pada waktu itu tidak ada di
bawah arsy kecuali air. (Ushul Iman, hlm : 85)
Kita sekarang sudah
mengetahui berdasarkan ayat dan hadist di atas, bahwa makhluq yang pertama kali
diciptakan adalah air dan arsy. Bagaimana dengan hadist
yang diriwayatkan oleh Ubadah bin Shomit, bahwasanya Rasulullah shallallhu 'alaihi wa sallam bersabda :
إِنّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ
اللَّهُ الْقَلَمَ فَقَالَ لَهُ اكْتُبْ فَجَرَى بِمَا هُوَ كَائِنٌ إِلَى
الْأَبَدِ
“Sesungguhnya pertama kali yang Allah
ciptakan adalah pena, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Tulislah.” Maka terjadilah
apa yang akan terjadi hingga selamanya. (HR. Tirmidzi, dan beliau berkata : hadits
ini adalah hadits hasan shahih gharib)
Hadist di atas
menjelaskan bahwa makhluq pertama kali yang diciptakan Allah adalah Pena,
padahal sebelumnya ada ayat dan hadist yang menerangkan bahwa makhluq pertama
kali diciptakan adalah Air dan Arsy, terus mana yang benar? Tidak usah bingung bingung, karena di dalam kitab Fathu al Bari (6/289),
Ibnu Hajar menjelaskan bahwa ayat-ayat dan hadist-hadist tersebut digabung dan
dikompromikan, maka hasilnya sebagai berikut : makhluq yang pertama kali
diciptakan adalah air, kemudian arsy, kemudian pena. Jadi, redaksi hadist di
atas “ …pertama kali yang
Allah ciptakan adalah Pena.. maksudnya
adalah pertama kali setelah adanya air dan arsy…
Jika sudah
benar-benar yakin bahwa air adalah makhluq pertama kali yang diciptakan Allah, maka betapa mulianya makhluq Allah yang
bernama air itu, selain sebagai makhluq yang pertama kali diciptakan oleh
Allah, dia juga makhluq yang darinya diciptakan segala sesuatu yang hidup. Subhanallah……..
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
bersabda (artinya) :
“Yang pertama kali Allah ciptakan adalah al-Qalam (pena), lalu Allah berfirman
kepadanya: ‘Tulislah!’ Ia menjawab: ‘Wahai Rabb-ku apa yang harus aku tulis?’
Allah berfirman: ‘Tulislah taqdir segala sesuatu sampai terjadinya hari
Kiamat.’”
(HR. Abu Dawud [no. 4700], Shahih Abi
Dawud [no. 3933], at-Tirmidzi [no. 2155, 3319], Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah
[no. 102], al-Ajurry dalam asy-Syari’ah [no.180], Ahmad [V/317], Abu Dawud
ath-Thayalisi [no. 577], dari Sahabat ‘Ubadah bin ash-Shamit Radhiyallahu
‘anhu, hadits ini shahih). (Silahkan lihat buku Syarah ‘Aqidah
Ahlus Sunnah wal Jama’ah, tulisan Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas halaman
377).
Faedah hadits:
- Dari hadits di atas dapat diambil pelajaran bahwa makhluk yang pertama kali diciptakan Allah adalah al-Qalam.
- Dengan hadits ini dapat kita ketahui kekeliruan orang yang mengatakan bahwa makhluk yang pertama kali diciptakan adalah Nur Muhammad.
(Silahkan lihat buku Koreksi Hadits-Hadits
Dha’if Populer, tulisan Ustadz Yusuf Abu Ubaidah bin Mukhtar as-Sidawi halaman
24 dan 39).
Catatan :
Bacalah firman Allah ketika memerintahkan
kepada Rasulullah (artinya) :
Katakanlah : ‘Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Ilah Yang Esa.’”
(QS. Al-Kahfi [18]: 110).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
bersabda (artinya): “Malaikat diciptakan dari cahaya, Iblis diciptakan
dari api yang menyala-nyala, dan Adam diciptakan dari apa yang telah disifatkan
pada kalian.” (Shahih Muslim [VIII/226). (Buku Koreksi Hadits-Hadits
Dha’if Populer, halaman 39 dan 40).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menegaskan
bahwa hadits ini adalah dusta dengan kesepakatan ahli hadits. (Majmu Fataawaa
[XVIII/367]). Demikian juga ditegaskan oleh Syaikh Sulaiman bin Sahman.
As-Suyuthi juga menegaskan bahwasanya hadits ini tidak ada sanadnya. Demikian
juga Jamaluddin al-Qasimi dan Muhammad Rasyid Ridha, keduanya menegaskan bahwa
hadits ini tidak ada asalnya. (Buku Koreksi Hadits-Hadits Dha’if Populer,
halaman 40).
Wallahu a’lam.