HAFSHAH BINTI UMAR BIN KHATAB RA



إنها صوامة قؤامة وهي زوجتك في الجنة
"Dia seorang yang teguh pendirian dan merupakan istrimu di surga"

Dengan Hafsah binti Umar kita semakin dekat mencium keharuman setangkai bunga dari taman keluarga umar. Bersama Ummul Mukminin kita menelusuri bunga yang dilimpahkan kepadanya kemuliaan dan keutamaan yang menakjubkan Ummul Mukminin untuk mengatakan atau mensifatkan dengan kata-kata seorang Hafsah binti Umar r.a..

Keluarga Hafsah

Ayahnya seorang Faruq umat ini. Seorang yang sederhana, dermawan, sangat adil, dan begitu penyayang. Dia seorang yang mulia di tanah jazirah Arab, penyebar agama Islam, ahli ibadah yang wara', memancarkan sebuah tekad dengan ibadahnya, memiliki kecerdasan, aktif. Seorang guru yang banyak membenarkan pemahaman hidup, membungkusnya dengan kebesaran dan kekaguman akhlak serta tingkah laku, dan menjadi pemimpin bagi orang-orang bertaqwa. Dia memberikan seluruh suri tauladan bagi manusia tanpa habisnya, tauladan yang dilaksanakan dalam kekuasaannya menjadi keberkatan dunia yang di ambang pintunya dipenuhi dengan ghanimah dan segala kebaikan. Seorang yang banyak diturunkan al-Quran sesuai dengan pendapat dan perkataannya. Seorang yang mengislamkan diri dengan terbuka, menjadi penolong dengan hijrahnya, dan adil dalam pemerintahannya. Dialah al-Faruq umat yang bertaubat "Umar bin Khatab".

Ibu Hafsah r.a. Zainab binti Madh'un saudara perempuan sahabat mulia Usman bin Madh'un r.a. yang sebelum wafat Rasulullah SAW datang kepadanya dan menciumnya sampai-sampai  air mata Nabi mengalir di pipi Usman. Orang pertama yang dikuburkan di Baqi', dan sebelum wafat anak perempuan Rasulullah SAW, Rasul berkata kepadanya : 'Susullah pendahulu kami yang murah hati Usman bin Madh'un'.

Paman Hafsah r.a. Zaid bin Khattab yang menyaksikan perang badar dan syahid di perang Yamamah. Dia seorang yang dikatakan Umar r.a. : 'Dia telah mendahului diriku dalam dua kebaikan, telah Islam sebelum diriku dan syahid sebelumku'. Dan Umar juga berkata : 'Tidak pernah tumpul mata pedangku melainkan mengingatkanku kepada Zaid bin Khattab'.

Bibinya Fatimah binti Khattab salah seorang yang pertama masuk islam dan suaminya Sa'id bin Zaid salah seorang dari sepuluh orang yang dijanjikan masuk surga.

Saudara laki-laki Hafsah orang yang ahli ibadah, zuhud, wara', dan alim "Abdullah bin Umar" yang dikatakan Rasul SAW : 'Sesungguhnya Abdullah adalah lelaki shalih'.

Ummul mukminin Aisyah r.a. berkata : 'Tidak aku melihat seorangpun yang sangat dekat dengan sunnah melainkan Ibn Umar'.

Keberkahan Hidup Hafsah binti Umar
Hafsah binti Umar lahir ketika kaum Quraisy memperbaiki bangunan ka'bah, yaitu lima tahun sebelum kenabian Nabi SAW. Ketika Nabi melerai pertikaian di antara kaum Quraisy dalam meletakkan hajar aswad di tempatnya dengan hikmah dan pendapat yang tepat dan menyelesaikan perkara ini dengan penuh kecerdasan.

Hafsah r.a. sangat mencintai ilmu dan sastra. Dia mempelajari tulisan-tulisan dari seorang yang menyembuhkan anak perempuan Abdullah al-Qarsyiah al-'Adawiyah. Hafsah r.a. senantiasa menuntut ilmu sampai menjadi seorang perempuan yang fasih di kalangan kaum Quraisy.

Belum sempurna kedewasaan Hafsah binti Umar r.a. datang kepadanya salah seorang dari golongan yang pertama masuk Islam Khunais bin Hudzafah r.a. saudara Abdullah bin Hudzafah r.a.. Menikahlah Hafsah dengan Khunais dan hidup bersama, penuh kebahagiaan dalam naungan iman dan keta'atan. Khunais menyatakan keislamannya di tangan Abu Bakar Shiddiq r.a..

Begitu dahsyat siksaan kaum musyrikin kepada sahabat Nabi SAW, maka Nabi menyeru kepada para sahabat untuk hijrah ke bumi Habsyah. Khunais merupakan salah seorang yang hijrah ke Habsyah. Melihat keburukan dan siksaan yang bertambah dari hari ke hari, ia kembali ke Makkah dan mengajak Hafsah r.a. berhijrah ke negeri Yastrib (Madinah al Munawwarah) sesudah diizinkan oleh Habibi SAW untuk berhijrah ke Madinah. Dan di sana Suami-istri ini hidup dalam kebaikan kaum Anshar. Bertambah kebahagiaan mereka dengan hijrahnya Nabi SAW ke Madinah. Demi Allah begitu indahnya kehidupan bersama Rasulullah SAW.  

Ketika perang Badar yang dijanjikan Allah pertolongan dan kemuliaan kepada kaum muslimin terjadi. Khunais r.a. tergolong dari pahlawan yang gagah berani di perang tersebut sangat menginginkan dan berharap dari lubuk hati yang paling dalam menjadi seorang syuhada. Dalam perang tersebut, Khunais mendapat banyak luka di tubuhnya dalam berperang menegakkan Kalimatillah dan menurunkan kalimat-kalimat kaum kafir. Setelah berakhirnya perang, Khunais kembali ke Madinah dengan dipenuhi bekas luka.

Sahabat mulia ini wafat dalam mengorbankan dirinya demi Allah dan memperoleh kebesaran pekerti. Dan Nabi SAW mensalatkannya dan menguburkannya di Baqi' berdekatan dengan kuburan sahabat mulia Usman bin Madh'un.

Beginilah sedihnya perpisahan. Hafsah r.a. menjadi seorang janda di tahun yang sangat cepat dan menangis atas syahidnya Khunais dengan kesedihan yang begitu menyayat hatinya, tapi Hafsah bahagia karena suaminya syahid dalam kemuliaan sampai luka-lukanya menjadi saksi perjuangan di jalan Allah.

Umar merasa sedih terhadap anak perempuannya yang masih muda telah menjadi seorang janda di umur 18 tahun. Dia merasa sakit melihat masa muda anaknya menjadi janda, dan merasakan kesedihan setiap masuk ke rumahnya melihat anak perempuannya dalam kesedihan. Terlintas dalam pikiran Umar setelah lama bepikir untuk mencari suami untuk Hafsah.

Umar mengutarakan maksudnya kepada Abu Bakar, dan tidak mendapatkan jawaban apapun. Dan umar pun mengutarakannya kepada Usman.

Dan Usman berkata, "Terlintas di pikiranku untuk tidak menikah di masa ini".

Dan umar pun mengadu kepada Rasulullah SAW, dan berkata:
"Hafsah akan menikah dengan orang yang lebih baik dari Usman, dan Usman akan menikah dengan yang lebih baik dari Hafsah" dan Nabi mengkhitbahnya. Maka Umar menikahkannya dengan rasul.

Rasulullah SAW menikahkan Usman dengan anak perempuannya Ummu Kalsum setelah wafat saudara perempuannya Ruqayyah.

Sebelum Umar menikahkan Hafsah, Abu Bakar menjumpai Umar dan meminta maaf seraya berkata, "Bukanlah untukku, seseungguhnya Rasulullah telah mengatakan kepadaku tentang Hafsah, dan aku tidak ingin membuka rahasia. Jikalau Rasul meninggalkannya, sungguh aku akan menikahinya".

Rasulullah menikahi Hafsah pada tahun ke-3 H sebelum perang Uhud dengan mahar 400 dirham. Itu semua sebagai kebesaran, kemuliaan, dan pemberian terbaik bagi Hafsah dan ayahnya (radhiyallahu 'anhuma).
Hafsaf r.a. mendapatkan tempat yang tinggi di hati Nabi SAW serta tempat yang mulia di antara istri Nabi. Sehingga Aisyah r.a berkata : "Dia (Hafsah) sama sepertiku dari Istri-istri Nabi SAW".

Bahwasanya kehidupan istri-istri Nabi SAW (radhiyallahu 'anhunna) bersih dari kecemburuan. Tidak ada terlintas dalam pikiran hal yang menimbulkan kecemburuan, dan nafsu semata ataupun yang menyerupai keduanya. Ini semua karena Nabi SAW menjaga hal ini dengan tarbiyah ilahiyah bersama istri-istrinya di rumah, para sahabat, dan umatnya. Menghilangkan semua kerusakan ke arah yang lebih baik.

Hari-hari yang indah kehidupan Hafsah bersama Nabi SAW, yang mana setiap hari bertambahnya ilmu, pemahamannya serta ketaatannya kepada Allah SWT. Walau ketika Rasul sakit, tidak menghilangkan kesungguhan, kebahagiaan, dan kesenangan terhadap Rasul SAW. Setiap detiknya Hafsah berada di dekat Nabi dan menjadikannya semakin dekat dengan Allah SWT, yang dipelajarinya dari Rasulullah setiap ketaatan yang mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Pada suatu hari Rasulullah SAW menceraikan Hafsah r.a. menjadikan hatinya hancur dan segalanya gelap di matanya dengan ketidakpercayaannya bahwa suaminya, kekasihnya, dan Nabinya telah menceraikannya. Dan turunlah al Amin Jibril dengan perintah dari Allah SWT kepada Nabi SAW untuk merujuk dan kembali kepadanya.

Maka Rasulullah merujuk kembali Hafsah dengan perintah Jibril. Dan Jibril berkata : " Dia seorang yang teguh pendirian dan merupakan istrimu di surga"

Kecerdasan Hafsah r.a.
Hafsah dikenal akan ilmu, faqih, dan ketaqwaannya. Ini merupakan sifat yang menjadikannya tempat mulia di sisi Rasulullah SAW, sampai pada masa Khilafaur Rasyidin, dan khusus pada masa kekhilafahan ayahnya. Dan banyak pendapat dan hukum fikih yang dipulangkan kepadanya. Salah satu pertanyaan yang ditanyakan : "berapa lama seorang perempuan mampu sabar ditinggalkan suaminya ? maka berkata Hafsah r.a. : "Enam atau empat bulan".

Ummul mukminin Hafsah merupakan tempat banyak para sahabat berpulang dalam hal hadis nabawi dan ibadah. Dan Abu Bakar as Shiddiq memilih Hafsah dari para istri Nabi SAW untuk menjaga al Qur'an yang telah dikumpulkannya.

Hilanglah semua kebahagiaan di rumah yang penuh berkah ketika datang hari dimana Rasulullah SAW wafat. Hafsah menahan kesedihannya di dalam hati atas wafatnya seorang yang merupakan suami dan kekasihnya, serta nabinya. Hafsah menjadi seorang ahli ibadah di masanya.

Hafsah hidup dalam kezuhudannya mendekatkan diri kepada Allah SWT hari demi hari dengan memperbanyak puasa dan qiyamul lail. Karena dia tahu bahwa kekuasaan ayahnya tidak bermanfaat apapun baginya melainkan amalan shalih yang cukup bermanfaat di sisi Allah SWT.

Ummul mukminin Hafsah r.a memikul amanah Al Quran di atas pundaknya yang merupakan pilihan Abu Bakar untuk menjaga Al Quran yang telah dikumpulkan oleh Zaid bin Tsabit di sisinya, sampai pada masa Usman bin Affan r.a. kumpulan lembaran-lembaran Al Quran yang ada padanya dikumpulkan dalam satu mushaf.

Akhir Perjalanan Hidup Hafsah r.a.
Belum genap sepuluh hari di bulan sya'ban tahun ke-41 Hijrah Nabawiyah, terdengar berita bahwasanya Ummul Mukminin Hafsah telah menghadap Allah 'azza wa jalla menyusul kekasihnya Rasulullah SAW. Dan tersiar kabar ke seluruh penjuru kota Madinah akan wafatnya penjaga al Qur'an; istri Nabi SAW. Para sahabat mengusung jenazahnya, yang diantara mereka Abu Hurairah r.a. dan Abu Said al Khudri r.a., dishalatkan oleh Marwan bin Hakam yang menjabat sebagai gubernur Madinah, dan dimakamkan di Baqi'. Dan yang menurunkan jenazah ke liang lahat saudaranya Abdullah, 'Ashim, dan ketiga anak Saudaranya Abdullah bin Umar yaitu Salim, Abdullah, dan Hamzah. Saat meninggal dia berusia 63 tahun, dan mewasiatkan harta-hartanya untuk sedekah.

Beginilah perjalanan Ummul Mukminin Hafsah r.a. yang telah menempuh hidup begitu panjang dengan ibadah, usaha, dan pengorbanan. Berangkat menyusul suami, kekasih sekaligus Nabinya di surga. Dan dia lah yang dimaksudkan oleh Jibril pada Nabi SAW :

 إنها صوامة قؤامة وهي زوجتك في الجنة
 "Dia seorang yang teguh pendirian dan merupakan istrimu di surga"
Semoga Allah meridhainya dan menjadikannya pendamping Rasulullah SAW di surga.



Dipresentasikan pada tgl 2 Agustus 2010 dalam kajian sahabat Rasulullah di Matareya.
Sumber: Shahabiyat Haula Rasulullah SAW, Karya Mahmud al Misri, Cetakan maktabah al Shafa; 2005 M.