ERA PERKEMBANGAN KERAJAAN KESULTANAN OTTOMAN ATAU UTSMANI



Era Perkembangan Kerajaan (1453-1683). Periode ini bisa dibagi menjadi dua masa : 

Pertama, Masa perluasan wilayah dan perkembangan ekonomi dan kebudayaan (sampai tahun 1566); dan masa stagnasi militer dan politik Kesultanan Utsmaniyah 1299–1683 : Pertama, Perluasan wilayah dan puncak kekuasaan Pertempuran Zonchio pada tahun 1499 adalah perang laut pertama yang menggunakan meriam sebagai senjata di kapal perang, menandakan kebangkitan angkatan laut Kesultanan Utsmaniyah. Penaklukkan Konstantinopel oleh Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1453 mengukuhkan status kesultanan tersebut sebagai kekuatan besar di Eropa Tenggara dan Mediterania Timur. Pada masa ini Kesultanan Utsmaniyah memasuki periode penaklukkan dan perluasan wilayah, memperluas wilayahnya sampai ke Eropa dan Afrika Utara; di bidang kelautan, angkatan laut Utsmaniyah mengukuhkan kesultanan sebagai kekuatan dagang yang kuat. Perekonomian kesultanan juga mengalami kemajuan berkat kontrol wilayah jalur perdagangan antara Eropa dan Asia. 

Kedua, Kebangkitan eropa melawan Utsmani. Sepeninggal Suleiman tahun 1566, beberapa wilayah kekuasaan kesultanan mulai menghilang. Kebangkitan kerajaan-kerajaan Eropa di barat beserta dengan penemuan jalur alternatif Eropa ke Asia melemahkan perekonomian Kesulatanan Utsmaniyah. Efektifitas militer dan struktur birokrasi warisan berabad-abad juga menjadi kelemahan dibawah pemerintahan Sultan yang lemah. Walaupun begitu, kesultanan ini tetap menjadi kekuatan ekspansi yang besar sampai kejadian Pertempuran Wina tahun 1683 yang menandakan berakhirnya usaha ekspansi Kesultanan Utsmaniyah ke Eropa. Kerajaan-kerajaan Eropa berusaha mengatasi kontrol monopoli jalur perdagangan ke Asia oleh Kesultanan Utmaniyah dengan menemukan jalur alternatif. Secara ekonomi, pemasukan Spanyol dari benua baru memberikan pengaruh pada devaluasi mata uang Kesultanan Utsmaniyah dan mengakibatkan inflasi yang tinggi. Hal ini memberikan efek negatif terhadap semua lapisan masyarakat Utsmaniyah. Di Eropa Selatan, sebuah koalisi antar kekuatan dagang Eropa di Semenanjung Italia berusaha untuk mengurangi kekuatan Kesultanan Utsmaniyah di Laut Mediterania. Kemenangan koalisi tersebut di Pertempuran Lepanto (sebetulnya Navpaktos,tapi semua orang menjadi salah mengeja menjadi Lepanto) tahun 1571 mengakhiri supremasi kesultanan di Mediterania. Pada akhir abad ke-16, masa keemasan yang ditandai dengan penaklukan dan perluasan wilayah berakhir.

gallery
Sehzade Mehmed 1444-1446 / 1451-1481
Setelah Sultan II Murad Han wafat, beliau digantikan anaknya, Mehmed (Arabnya adalah Muhammad). Sultan Mehmed kemudian melanjutkan penaklukkan buyutnya, Yildirim Bayezid yang tertunda. Seperti yang kita ingat, bahwa Beyazid Sang Petir pernah melakukan pengepungan atas Konstantinopel, tetapi kemudian gagal karena ada serangan dari Tamerlame. Selain itu, perperangan antara Ottoman dengan Byzantium masih berlanjut setelah taktik Byzantium membangkitkan Pemberontakan Musthafa Celebi gatot alias gagal total. Murad II belum berhasil menaklukkan Konstantinopel karena pemberontakan adiknya, Musthafa.
Maka, segera setelah beliau naik tahta, beliau berencana menaklukkan Konstantinopel, Pusat Kerajaan Byzantium. Mengenai penaklukkan Konstantinopel ini sebenarnya telah dinubuatkan (“diramalkan”) oleh Rasulullah Muhammad shallallohu ‘alyhi wa sallam. Secara politik dan ekonomis Konstantinopel memang menguntungkan. Secara politis Mehmed akan menjadi penguasa tunggal di selat Dardanella, selain itu ini akan menegaskan kekuasaan Ottoman agar negara lain tidak mencoba mengacau keadaan dalam negeri Ottoman seperti yang telah dilakukan Byzantium dengan melanggar kesepakatan dan membantu bahkan memprovokasi Pemberontakan Musthafa Celebi atau Musthafa Sang Penipu. Maka Mehmed II memulai usaha penaklukkan Byzantium.
Saat itu, ibukota Ottoman telah dipindahkan ke Edirne. Maka dari sini usaha penaklukkan Konstantinopel dimulai. Mehmed II mulai membangun tembok-tembok tinggi di perbatasn Edirne. Ia juga memerintahkan insinyur terkemuka untuk membuat meriam yang sangat besar. Meriam ini menjadi salah satu bagian paling melegenda dari penaklukkan Konstantinopel, bahwa Sultan Memed II menggunakan meriam yang paling besar yang pernah ada di masa itu.
Mengetahui rencana Mehmed II, Kaisar Byznatium saat itu, Constantine XI, mulai memperkuat benteng-benteng kota yang sebelumnya memang kuat dan sangat sulit ditembus. Penguatan dinding-dinding kota tersebut menjadikan Konstantinopel semakin sulit ditaklukkan. Beliau juga menghubungi Roma untuk meminta bantua Pasukan Salib (Crusader) dari Paus. Namun pembicaraan bantuan berhenti karena adanya permintaan untuk menggabungkan Gereja Ortodox Konstantinopel dengan Gereja Katolik Roma.
Setelah persiapan selesai Mehmed bersama pasukannya bertolak dari Erdirne menuju Konstantinopel. Sebelumnya Mehmed mengirimkan surat kepada Constantine XI untuk menyerahkan kota secara damai. Namun Constantine XI menolak. Maka dimulailah pengepungan terhadap Konstantinopel. Namun kemudian Mehmed II menyadari bahwa pengepungan darat saja akan sia-sia karena armada laut dari beberapa negara lain masih membantu Byzantium. Menyadari hal ini, Mehmed II memerintahkan pembangunan armada laut.
Saat armada laut akan mendekati Konstantinopel terdapat suatu masalah, yaitu di laut sekitar Konstantinopel telah dipasangi rantai-rantai besi sehingga kapal tidak bisa memasuki perairan Konstantinopel. Namun Mehmed tidak kehilangan akal. Ia kemudian membawa kapal-kapal tersebut melalui jalur darat untuk mendekati Konstantinopel. Pemindahan kapal-kapal ini juga menjadi legenda dalam penaklukkan ini di samping artillery atau meriam besar.
Dua legenda yang sering disebut-sebut dalam kisah penaklukkan Konstantinopel adalah meriam terbesar dan pemindahan kapal lewat jalur darat. Bahkan pemindahan kapal ini juga memunculkan mitor tersendiri. Sebagian kalangan menyebutkan bahwa pemindahan kapal bukanlah dengan ditarik melalui jalur darat, melainkan dengan karamah Sultan Mehmed II. Wallohu a’lam, yang jelas sejarah di Turki membenarkan versi pemindahan kapal melalui jalur darat dengan ditarik oleh pasukan. Pemindahan melalui jalur darat ini berhasil mengantarkan 72 kapal perang mendekati Konstantinopel lewat laut. Bayangkan, di masa itu, 72 kapal perang diangkut dengan jalur darat!
Setelah dua kali usaha penggempuran (assault) terhadap Konstantinopel dan belum berhasil menaklukkan kota tersebut pasukan Mehmed II mulai kehilangan kepercayaan. Namun, Mehmed II menyemangati kembali pasukannya dan menyatakan bahwa akan diadakan penggempuran terakhir dan terbesar pada tanggal 29 Mei. Beliau menjanjikan bahwa penggempuran terakhir tersebut akan berhasil menaklukkan Konstantinopel. Dan janji beliau tersebut betul, gempuran (assault) besar terhadap Konstantinopel mengakhiri pengepungan (siege) dan berhasil menaklukkan Konstantinopel.
Setelah menaklukkan Konstantinopel, Sultan Mehmed II Han mendapat gelar Fatih yang dalam Bahasa Arab berarti Pemenang, Pembuka Jalan, atau Penakluk dan beliau dikenal dengan Fatih Sultan Mehmed Han atau secara singkat Fatih Sultan. Mehmed kemudian memindahkan ibukota kesultanannya dari Edirne ke Konstantinopel dan mengganti nama kota tersebut menjadi Istanbul, ibukota kesultanan yang keempat.

Setelah penaklukkan tersebut, karena berhasil meruntuhkan Byzantium dan mengambil alih ibu kota Romawi Timur, Fatih Mehmed mengkalim gelar Kayser-i Rûm(Caesar Romanus= Kaisar Romawi). Klaim ini wajar, karena Sultan telah menguasai hampir seluruh wilayah Byzantium dahulu. Namun kerajaan-kerajaan Eropa lainnya tidak mengakui hal tersebut sehingga Fatih Mehmed kemudian berusaha melakukan penaklukkan terhadap Roma, ibu kota Romawi Barat. Usaha penaklukkan ini hanya berjalan sampai Otranto, dekat Appulia. Namun, setelah wafatnya Fatih Sultan, usaha ini dihentikan dan pasukan Ottoman di Otranto ditarik mundur.

Peta Wilayah Ottoman di masa Sehzade Mehmed. Hampir semua wilayah Bizantium di warisi Ottoman




Mehmed II mengijinkan orang-orang Yunani dan Yahudi untuk bermukim di tanah Ottoman. Setelah penaklukkan Konstantinopelpun, Fatih Mehmed tidak mengganggu institusi Greek Orthodox Patriarchate. Bahkan beliau mengizinkan Armenian Orthodox Patriarchate yang sebelumnya dilarang. Namun, Bulgarian Orthodox tetap berada di bawah kewenangan Greek Orthodox Patriarchate. Hal ini menunjukkan adanya toleransi beragama dalam Ottoman Empire, setidaknya pada masa Mehmed II. Toleransi juga ditujukan kepada Yahudi yang dipersilahkan untuk tinggal dan menetap di wilayah Ottoman khususnya Istanbul. Selain karena toleransi, kebijakan ini juga menguntungkan secara ekonomi karena banyak orang Yahudi dan Yunani yang berprofesi sebagai pedagang, juga banyak yang memiliki keahlian khusus (professional).

gallery
Perlindungan Franciscans di Bosnia
Setelah penaklukkan Bosnia akibat Rajanya yang menolak membayar tribute rutin, di tahun yang sama dengan tahun penaklukkan, Mehmed II mengeluarkan firman (titah) yang di dalamnya menyatakan perlindungan terhadap Komunitas Fransiscans Bosnia, greja mereka, dan segala kepemilikan mereka. Dalam Firman tersebut beliau juga bersumpah antas nama Alloh akan menjalankan Firman ini dengan tetap. Hal ini menunjukkan beliau adalah seorang yang toleran terhadap agama lain. Katanya, naskah asli firman ini masih disimpan di biara Fransiscan di Fojnica.
Tidak salah jika Mehmed II dijuluki Fatih, ia tidak hanya berhasil menaklukkan Konstantinopel, tetapi juga Morea, Bosnia, Albania. Mehmed II juga menaklukkan Trabzon dan mengakhiri Kerajaan Trebizon. Beliau juga mampu mengalahkan Uzun Hasan dari Kerajaan Ak Konyulu dalam Pertempuran Otlukbeli.
Konflik dengan Ak Konyulu bermula dari konflik yang terjadi di Karaman. Saat itu terjadi perselisihan antar pangeran memperbutkan tahta. Salah seorang pangeran, Ishak Bey, meminta bantuan Ak Konyulu dan seorang lagi, Pir Ahmed, meminta bantuan Ottoman. Ottoman menyepakati membantu Pir Ahmed dan berhasil mendudukkannya ke atas tahta. Tetapi kemudian Pir Ahmed menjalin perjanjian dengan Venice yang saat itu sedang bermusuhan dengan Ottoman (setelah Perang Salib kedua negara masih dalam keadaan perang). Hal ini menjadikan permusuhan antara Karaman dan Ottoman. Segera Mehmed II menaklukkan Karaman. Pir Ahmed kemudian meminta perlindungan Ak Konyulu yang kemudian melindunginya. Inilah yang semakin merusak hubungan kedua negara yang sudah tidak akur sehingga terjadi Pertempuran Otlukbeli dengan kemenangan di Ottoman.

Fatih Mehmed memiliki panglima terkemuka yaitu Gedik Ahmet Pasha yang berhasil menaklukkan Otranto di wilayah Italia sekarang dan Caffa/Crimea di utara Laut Hitam (Karadeniz) dan menjadikan Crimea sebagai vassal Ottoman. Caffa adalah salah satu daerah kekuasaan Genoa. Secara militer, jika daerah ini tidak dikuasai, kapal-kapal Genoa dapat dengan mudah mencapai Istanbul dari Caffa. Sehingga ditaklukkanlah daerah ini.

Imperial Hall di Istana Topkapi. Istana ini dibangun oleh Fatih Sultan Mehmed Han




Dalam bidang kebudayaan, Fatih Mehmed adalah Sultan yang memulai pembangunan Istana Topkapi. Keindahan dan kemegahan istana ini masih bisa kita lihat sampai sekarang. Selain itu beliau juga mendirikan Univeristas Fatih (Fatih Kulliyesi), 300 masjid, 57 sekolah, 59 tempat pemandian umum, 29 pasar, dll. Beliau juga memperbaruhi adminsitrasi dan sultan pertama yang menetapkan hukum tertulis (kanun).
Mehmed II juga meningkatkan kemampuan angkatan laut Ottoman. Hal ini dalam rangka mengimbangi kemampuan Venice dan Genoa yang saat itu menjadi musuh Ottoman. Kedua negara tersebut memang ahli dalam bidang kelautan. Untuk memperkuat angkatan laut, dibangunlah galangan kapal di daerah sekitar Istanbul.
Semua pencapaian tersebut didapat tidak lain karena memang Mehmed II adalah Sultan yang pandai lagi berani. Selama masa 30 tahun kepemimpinannya, sudah 25 kali beliau mempimpin penaklukkan. Artinya hampir setiap tahun belaiu memimpin satu perperangan. Selain itu, saat menaklukkan Konstantinopel, usia beliau baru 21 tahun, saat itu beliau telah menguasai 7 bahasa. Hal ini berkat pendidikan dari guru beliau, Cendikiawan Aksemseddin. Beliau juga sangat tertarik pada ilmu pengetahuan, misalnya beliau mengundang Alu Kuscu, Ahli Astronomi, ke observatorium di Istambul.
Setelah segala pencapaian yang luar biasa tersebut, Sultan Mehmed II wafat secara misterius. Ada yang mengatakan beliau diracun secara pelahan oleh dokternya yang masih keturunan Venice. Ada juga yang bilang beliau diracun atas perintah Beyazid II putera beliaul. Wallohu A’lam mana yang benar. Yang jelas, wafatnya beliau sempat dirahasiakan oleh wazir beliau, Karamanli Mehmet Pasha.  Hal ini untuk mencegah chaos timbul setelah kewafatan Sultan. Sebelum Sultan baru dilantik, wafatnya Sultan dirahasiakan. Karamanli melihat ba Djem Zizim (Cem Sultan) yang saat itu menjabat gubernur Karaman dan Konya paling berpeluang untuk menjadi Sultan setelah beliau. Selain Djem, calon pewaris tahta yang lain adalah Beyazid, gubernur Sivas, Tokat, dan Amasya.
Memang Karamanli Mehmet mengirimkan surat tetang berita wafatnya Sultan secara bersamaan ke Djem dan Beyazid. Secara matematis, Djem harusnya sampai lebih dahulu daripada kakaknya, Beyazid, karena posisi Djem saat itu lebih dekat ke Istnabul daripada posisi Beyazid. Oleh karena itu menurut Karamanli, Djem yang lebih berpeluang. Namun di Anatolia, kurir menuju Djem tertahan dan Djem akhirnya terlambat mengetahui berita wafatnya Sultan.
Di Istanbul sendiri, Jenissari kemudian mengetahui wafatnya Sultan. Mereka menganggap kegiatan Karamali menyembunyikan wafatnya Sultan ini adalah langkah  untuk mengangkat Djem. Mereka menyangka Karamanli adalah antek Djem. Kecurigaan timbul karena saat itu mereka tidak boleh masuk kota Istanbul. Padahal, Jenissari di saat itu lebih mendukung Beyazid. Akhirnya mereka memerangi wazir Karamanli dan berhasil membunuhnya. Ishak Pasha, mantan wazir utama,  melihat hal ini sebagai bahaya. Maka, sembari menunggu Sultan baru datang, yang kemungkinan besar itu adalah Beyazid karena Beyazid telah menerima berita wafatnya Sultan, Ishak Pasha mengangkat Korkut anak Beyazid sebagai pengurus tahta sebelum Beyazid sampai ke Istanbul. Pada 21 Mei 1481 Beyazid ditahbiskan menjadi Sultan
Sementara Djem yang terlambat mengetahui berita wafatnya sang ayah, pada 27 Mei 1481 tiba di Inegol dengan 4000 pasukan. Tibanya Djem di Inegol ini dilihat sebagai usaha pembangkangan oleh Beyazid. Menurut nya Djem telah meng-assault Inegol. Maka Beyazid mengirimkan tentaranya di bawah pimpinan Ayas Pasha untuk memerangi Djem. Lalu dimulailah perang saudara antara Beyazid dan Djem atau yang lebih dikenal sebagai Cem Sultan. Djem atau Cem Sultan terlah berebut tahta dengan Beyazid. Penguasaan Djem atas Inegol memantik pertempuran antara dua saudara. Beyazid mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Ayas Pasha. Namun Djem berhasil mengalahkan pasukan Beyazid. Kemudian beliau mendeklarasikan dirinya sebagai Sultan Anatolia. Merasa posisinya cukup menguntungkan, Djem mengirimkan tawaran kepada Beyazid untuk membagi kekaisaran menjadi dua, Rumelia (Eropa) untuk Beyazid dan Anadolu (Anatolia, Asia Kecil) untuk Djem.
Beyazid yang tidak ingin jerih payah leluhurnya hancur menolak tawaran ini. Beliau lalu memimpin pasukan menuju Djem melalui Bursa. Di Yenisehir kedua pasukan bertemu lalu terjadilah pertempuran sengit dengan kemenangan di pihak Beyazid. Djem kemduain melarikan diri ke Kairo. Ia masih terus berusaha merebut tahta sejak saat itu, seperti Musthafa Celebi Sang Pengklaim (the pretender, sebelumnya saya terjemahkan sebagai penipu namun terjemahan tersebut adalah salah), tetapi tidak berhasil.
Ia pernah menyerbu Anatolia kembali dan telah mengepung Konya tetapi dipaksa mundur oleh Beyazid. Djem kemudian berusaha kembali ke Kairo namun gagal karena jalanan dijaga oleh prajurit Beyazid. Lalu ia mencoba lewat laut dengan melewati Rhodes yang saat itu dikuasai Knight of St.John. Tetapi ia justru menjadi tawanan di sana.. Sebagian menyatakan beliau di sana karena undangan Grand Master Knight of St. John. Wallohu A’lam mana yang betul. Yang jelas sejak itu hingga wafatnya Djem tidak pernah melihat lagi tanah airnya. Artinya, Sultan de jurre dan de facto setelah Mehmed Kaisar Romawi adalah Beyezid yang dikenal dengan gelar Sultan II Beyezid Han.

gallery
Sultan II Beyazid Han 1481-1512
Beyazid adalah seorang yang dermawan, beliau senang memberi sedekah kepada orang miskin. Disebutkan bahwa beliau menguasai dua bahasa, Turki dan Persia. Beliau juga menguasi dialek Uighur dan Cagatay, dua wilayah Turki (juga dua entitas kekuasaan/kerajaan di luar Ottoman). Beliau adalah juga pencinta syair dan sering mengundang penyair ke tempat beliau. Setelah memenangkan pertarungan menuju tahta, Beyazid melakukan perluasan wilayah di Rumeila (Eropa). Beliau menaklukkan Herzegovina, berperang dengan Venice yang terus menjadi duri dalam daging bagi Ottoman, juga bias memaksa Moldavia untuk membayar upeti kepada Ottoman. Konflik dengan Venice yang maju dalam bidang kelautan menjadikan Ottoman memperbaiki angkatan lautnya. Di beberapa masa mendatang, angaktan laut Ottoman akan menjadi yang terhebat di Laut Tengah.. Pada masa Beyazid inilah pelaut terkenal Ottoman, Kemal Reis melakukan misi ke Spanyol yang sedang terbakar inqusisi. Misi pelayaran ini ditujukan untuk menyelamatkan Arab dan Yahudi Sephradic. Ini memperlihatkan toleransi yang dikembangkan Ottoman. Beliau juga memerintahkan agar semua gubernurnya memperlakukan pengungsi dari Spanyol tersebut dengan baik. Pengungsi dari Spanyol itu sendiri sesungguhnya memperkaya wilayah Ottoman. Banyak di antara mereka yang ahli dagang, ilmuwan, dan seniman. Selain ke daerah Rumelia, di daerah Anadolu atau di wilayah Asianya, Ottoman juga mulai terlibat konflik dengan Safavid Persia yang mulai membesarkan pengaruh politik. Safavid mendukung pemberontakan Shiah Kizil Bash. Pemberontakan ini sendiri sangat mengguncang Ottoman. Hal ini menjadikan para pangeran (shezade) melihat ayah mereka sudah tidak mampu mengontrol wilayah dan mereka kemudian mulai bersiap menaiki tahta. Terdapat tiga pangeran (sehzade) yang memiliki hak atas tahta. Ahmet gubernur Amasya, Korkut yang menjadi gubernur Manisa, dan Selim yang menjadi gubernur Trabizon. Ahmet saat itu berhasil mengalahkan pasukan Safavid dan tentara Karaman. Dengan kemenangan gemilang, Ahmet pulang ke Istanbul. Namun dalam perjalanannya, Selim mengobarkan pemberontakan di sekitar Istanbull. Pemberontakan tersebut berhasil dikalahkan Beyazid II. Sesampainya di Istanbul, Ahmet dilarang masuk kota oleh ayahnya karena beliau curiga Ahmet akan mengkudetanya. Mungkin saat itu Ahmet bersama pasukan yang besar. Beberapa pejabat hendak menaikkan Ahmet ke tahta, tetapi gagal karena Jenissari tidak mendukung. Faksi lain kemudian mencoba menaikkan Korkut ke tahta tetapi lagi-lagi gagal karena Jenissari tidak mendukung. Agaknya Jenissari lebih mendukung Selim. Akhirnya Sultan II Beyazid Han memutuskan turun tahta untuk mencegah kekacauan semakin menjadi-jadi. Beliau menyerahkan tahta kepada Selim. Beyazid II kemudian memutuskan untuk keluar dari Istanbul dan kembali ke tempat kelahirannya, Didymoteicho. Tetapi sebelum sampai ke tempat tersebut, beliau sudah menghembuskan nafas terakhirnya, sekitar satu tahun setelah beliau lengser keprabon. Dan dimulailah masa Selim I. Apakah pilihan Jenissari atas Selim tepat dan membawa kegemilangan bagi Ottoman, insyaAlloh akan kita lanjutkan.

gallery
Sultan Selim Han 1512-1520
Selim memliki penampilan yang sangar. Ia memelihara kumis tetapi tidak seperti leluhurnya, ia memotong jenggotnya. Penampilannya juga unik karena ia memakai anting-anting. Dari penampilannya memang ia pantas digelari Yang Sangat (Yavuz, The Grim). Tetapi di balik kesangarannya Selim adalah seorang yang menyukai ilmu. Tidak hanya okol tetapi akalnya juga isi. Beliau dididik oleh cendikiawan ternama saat itu, Mevlana Abdulhalim. Beliau menyukai ilmu pemerintahan, teologi, dan sains. Beliau juga pandai berkuda, bergulat, dan memanah. Ini menunjukkan ia seimbang antara ketertarikan akan militeris dan keilmuan serta seni. Bahkan beliau menulis syair. Ini karakter yang bagus memang untuk menjadi Sultan. Beliau juga tidak menyukai kemewahan dan menyenangi kesimpelan sehingga uang perbendaharaan kekaisaran bias dihemat. Pada masanya gudang perbendaharaan pernah sangat dipenuhi harta lalu beliau berikrar “Jika ada anak cucuku yang bias memenuhi gudang ini lebih dari yang aku lakukan, ia boleh mengganti gembok gudang ini dari dengan gembok baru miliknya, tetapi jika tidak mereka harus tetap menggunakan gembok milikku ini” Tetapi tidak ada sultan setelah beliau yang sanggup menyaingi jumlah uang yang beliau kumpulkan di perbendaharaan kerajaan. Sehingga para sultan bergantian menggunakan gembok Selim. Walaupun terlihat sempurna, ada satu peristiwa yang memang kurang baik. Selim menghabisi seluruh saudara dan ponakan laki-lakinya agar tidak ada ancaman munculnya pengklaim tahta (the pretender) seperti yang muncul di zaman kakeknya, kakek buyutnya, bahkan yang terjadi antara dia dan Ahmet. Mungkin saat itu Selim berfikiran untuk mencapai kestabilan negara. Seperti represi di zaman Pak Harto untuk stabilitasi negera. Memang tujuannya baik, tetapi mungkin caranya kurang pas untuk ditiru. Kepribadian Selim memang dikatakan energik. Sidang kerajaan (royal court) pada masanya sangat dinamis, penuh dengan reward tetapi punishment-nya juga ngeri. Bisa hingga hokum penggal. Dikisahkan Selim beberapa kali memenggal kepada wasir utamanya. Ini menjadikan sebagian orang menganggapnya berkarakter temperamental. Wajarlah jika beliau dijuluki Yavus (Yang Hebar, Yang Sangar). Maka gelarnya adalah Yavuz Sultan Selim epribadiannya memang sangar dan hebat. Tapi bagaimana dengan pencapaiannya? Agaknya pencapainnya juga hebat, seperti yang terlihat dalam kisah gembok perbendahaaraan kerajaan. Dalam penaklukan, Selim mengarahkan lebih dahulu perhatiannya ke Savafid Persia yang sedang berkembang di bawah Shah Ismail. Hal ini mengingat kekacauan yang diakibatkan pemberontakan Kizil Bash yang didukung Safavid. Ottoman belum sempat membalas ini di masa Beyazid II. Maka Selim segera berangkat bersama pasukannya menyerang Safavid. Tentara dua kerajaan bertemu di Caldiran dan terjadilah pertempuran yang dikenal sebagai Pertempuran Caldiran.

Monumen Pertempuran Caldiran

Selim memenangkan perang dan Shah Ismail melarikan diri. Selim terus berjalan menuju Tabriz, pusat kekuasaan. Beliau mengekspor para seniman dan ilmuwan dari kota ini ke Istabul. Ini menunjukkan perhatian beliau terhadap seni. Hasil dari kampanye ini adalah memulihkan kekuasaan Ottoman di senatero Anatolia. Selim meneruskan penaklukkannya ke arah Mameluk di Turki. Ada yang menyatakan penyerangan ini didasarkan impian Selim untuk menyatukan seluruh Turki Islam ke dalam kekuasaan Ottoman., termasuk Mameluk yang juga bersuku bangsa Turki ini. Secara politik penaklukkan ke Mameluk akan mengamankan perbatasan Anatolia Ottoman yang sering terancam kekuatan baik Mameluk maupun Safavid, dua kekuatan besar di samping Ottoman di wilayah timur tengah saat itu. Kemenangannya di Pertempuran Marj Dabiq menjadikan Ottoman berkuasa atas wilayah Syiria. Sultan Mamaluk, Al-Ashraf Qansuh al-Ghawri, wafat dalam pertempuran ini dalam berbagai versi. Setelah memenagkan pertempuran ini, Selim melanjutkan penaklukkannya ke Kairo yang saat itu diperintah al-Ashraf Turman Bey II, wakil Sultan terdahulu yang telah dinobatkan sebagai Sultan baru Mameluk. Dalam Pertempuran Ridaniyah, Turman Bey II berhasil dikalahkan dan Ottomanpun berkuasan atas seluruh Mesir. Selim juga memperluas kekuasaan Ottoman ke daerah Nejed, tempat dua situs suci muslim, Makkah dan Madinah. Setelah kedua tempat ini ditaklukkan, Selim menggunakan gelar Khadimul Haramayn(Pelayan Dua Kota Suci). Gelar ini masih digunakan para sultan Saudi sekarang. Setelah Makkah dan Madinah (Nejed) dikusai, Selim meminta Al-Mutawakil III untuk menyerahkan gelar Khalifah kepadanya secara resmi. Al-Mutawakil III adalah keturunan terakhir Kekhalifahan Abbasiyah (Abbasids) yang berdiam di Kairo. Memang sejak Baghdad jatuh, para Khalifah keturunan Abbasiyyah bermukim di Kairo. Jadi, secra resmi gelar Khalifah, Amirul Mukminin masih dipegang oleh Al-Mutawakil III.


Wilayah Ottoman di masa Selim I, tiga kali lipat dari yang sebelumnya.

Gelar tersebut kemudian diserahkan kepada Selim. Kelengkapan kebesaran Khalifah, yaitu pedang Nabi Muhammad, selendang Nabi Muhammad, dan cap kemudian diserahkan. Mengenai selendang tersebut, saya pernah membaca di Tarikh al-Khulafa bahwa mantel khalifah yang diwariskan dari khalifah ke khalifah memang adalah mantel Nabi Muhammad. Warna mantel tersebut adalah hijau. Mantel tersebut menjadi perangkat kebesaran Khalifah dai Dinasi Abbasiyah (Abbasid) dikarenakan dulu mantel tersebut dihadiahkan Nabi Muhammad SAW kepada Abbas RA, leluhur para sultan Abbasiyah. Benda-benda tersebut masih bisa Anda lihat di Istana Topkapi, Istanbul. Penganugerahan gelar Khalifah dilaksanakan di Masjid Ayasofya Istanbul. Al-Mutawakil III sendiri yang mengalungkan selendang Khalifah kepada Selim. Setelah mendapatkan gelar Khalifah, Selim menggunakan gelar baru, Malik ul-Barreyn, wa Khakan ul-Bahrayn, wa Kasir ul-Jayshayn, wa Khadim ul-Haramayn, Raja dua daratan (Eropa dan Asia), Khakan dua lautan (Laut Tengah dan Laut Hitam), Penakluk dua pasukan (Safavid dan Mameluk), dan Pelayan dua tanah suci (Mekkah dan Madinah). Gelar yang besar ini memang pantas untuk pencapaiannya yang luar biasa. Di masanya, wilayah Ottoman meluas tiga kali lipat. Setelah hingar-bingar tersebut, Selim kembali mempersiapkan tentara. Katanya, tentara tersebut untuk penyernagan Hungaria. Tetapi sebelum itu Selim wafat. Secara umum beliau wafat akibat sakit. Tetapi ada juga yang mengatakan beliau diracun. Sekitar 8 tahun masa pemerintahan Selim disebut dalam sejarah sebagai masa gelmilang Ottoman. Walaupun tidak mencapai puncaknya, pencapaian Selim dalam waktu singkat layak dipuji.


gallery
Sulaiman Al Qanuni 1520-1566
Beliau adalah Sulaiman al-Qonuni bin Salim, orang-orang Barat mengenalnya dengan Sulaiman yang agung atau Suleiman the Magnificent. Ia adalah salah satu sultan yang termasyhur dari kerajaan Turki Utsmani. Pemerintahannya berlangsung selama 48 tahun, dimulai dari tahun 926 H hingga 974 H. Dengan demikian, ia adalah sultan terlama dibanding sultan-sultan lainnya yang memerintah kerajaan Turki tersebut. Selama memerintah negara kekhalifahan Utsmani, ia berhasil menjadikan kerajaan ini begitu kuat dan berkuasa. Hal itu sangat tampak pada batas-batas wilayah Utsmani, yang luasnya belum pernah disaksikan pada masa sebelumnya. Kekuasaannya terbentang ke penjuru negeri dan pengaruhnya meliputi seluruh dunia, tidak heran jika ia menjadi penguasa dunia. Perkataannya didengarkan oleh seluruh negeri dan kerajaan lainnya. Menajemen dan tata perundangan kerajaannya begitu modern, tanpa menyelisihi syariat Islam yang memang dijaga, dimuliakan, dan dipegang teguh oleh keluarga Utsmani di setiap wilayah kekuasaan mereka. Ilmu pengetahuan dan sastra begitu maju serta arsitektur dan pembangunan begitu berkembang. 


Masa Pertumbuhan dan Awal Pemerintahan Ayah Sultan Sulaiman adalah Sultan Salim I dan ibunya bernama Hafshah. Sultan Sulaiman dilahirkan di Kota Trabzon tahun 900 H bertepatan dengan 1495 M. Saat ia dilahirkan, sang ayah menjabat amir daerah Trabzon. Ayahnya memberikan perhatian yang begitu besar padanya. Sedari kecil, ia dididik untuk mencintai ilmu dan sastra, mencintai ulama, ahli fikih, dan sastrawan. Sulaiman kecil dikenal sebagai seorang anak yang tekun dan memiliki kesungguhan.
Tatkala ayahnya wafat pada 9 Syawal 926 H atau 22 September 1520 M, Sulaiman diangkat menjadi raja yang baru menggantikan ayahnya. Saat itulah secara langsung ia memegang urusan negara dan memainkan peranan utama dalam perpolitikannya. Di awal pelatikannya, ia membuka khotbahnya dengan membaca ayat, إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. (QS. An-Naml: 30). Dalam masa pemerintahannya, Sultan Sulaiman benar-benar total memenuhi hari-harinya untuk bertanggungjawab sebagai kepala negara. Di awal pemerintahannya, ia berhasil memperluas pengaruh kerajaan, mengalahkan pihak asing yang hendak mencampuri urusan kerajaan, dan menertibkan wilayah yang hendak melepaskan diri dari otoritas Utsmani. Mereka mengira karena usia Sultan Sulaiman yang masih sangat muda, 26 tahun, merupakan kesempatan yang tepat untuk mewujudkan ambisi dan keinginan mereka. Ternyata tidak semudah apa yang mereka sangka. Di usia belianya, Sultan Sulaiman sudah memiliki kekuatan dan kematangan dalam memimpin. Sultan Sulaiman berhasil memadamkan api pemberontakan yang dikobarkan oleh Janbirdi al-Ghazali di Syam, Ahmad Basya di Mesir, dan seorang Syiah yang bernama Qulandar Jalabi di daerah Konya dan Kahramanmaraş. Qulandar mengerahkan 30.000 pengikutnya untuk mengadakan revolusi, menggulingkan kerajaan. Jihad Mengusir Penjajah Eropa di Timur Tengah Pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman, terjadi beberapa kali peperangan. Hal tersebut berkonsekuensi menjadikan wilayah kekuasaan kerajaan Utsmani kian luas hingga mencapai Eropa, Asia, dan Afrika. Pada tahun 927 H/1521 M, Utsmani berhasil menguasai wilayah Belgrade (ibu kota Serbia sekarang). Tahun 935 H/1529 pasukan Utsmani mengepung Kota Vienna (ibu kota Austria sekarang) walaupun tidak berhasil menguasainya. Di kesempatan berikutnya upaya menaklukkan Vienna kembali dilakukan, namun hasilnya tetap sama. Kemudian Budapest, ibu kota Hungaria menjadi salah satu propinsi Utsmani.

Di Asia, Sultan Sulaiman menghadapi tiga kali peperangan besar dengan negara Syiah, Kerajaan Shafawi. Dimulai pada tahun 941 H/1534 M yang mengakibatkan Irak menjadi bagian dari Daulah Utsmaniyah. Kemudian tahun 955 H/1548 M, Tabriz (wilayah Iran) menjadi bagian dari Utsmani. Dan pada tahun 962 H/1555 M, Sultan Sulaiman berhasil memaksa Shah Tahmasp I (Raja Iran) untuk mengikat perjanjian perdamaian sekaligus menjadikan Utsmani berkuasa penuh atas Arywan, Tabriz, dan Anatolia. Sultan Sulaiman juga menghadapi Portugal di Samudera Hindia dan Teluk Arab. Pada tahun 953 H/1546, Yaman, Oman, Ahsa, dan Qatar menjadi propinsi-propinsi Daulah Utsmani. Hal ini menyebabkan semakin kecilnya pengaruh Portugal di Timur Tengah. Di Afrika, Libia, sebagian besar Tunisia, Eritria, Jibouti, dan Shomalia menjadi bagian wilayah Turki Utsmani di masa pemerintahan Sultan Sulaiman al-Qonuni. Pembangunan Maritim Utsmani Pembangunan maritim Utsmani mulai dirintis dan mengalami pertumbuhan pesat pada masa pemerintahan Sultan Bayazid II. Angkatan laut kerajaan memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga kedaulatan laut kerajaan. Pada masa Sultan Sulaiman, kekuatan maritim pun kian diperkokoh. Dengan panglima angkatan laut yang terkenal Khoiruddin Barbarosa, yang dicitrakan Barat sebagai seorang bajak laut. Barbarosa adalah seorang panglima angkatan laut Utsmani yang tangguh. Ia berhasil menguasai pantai Spanyol dan menghancurkan angkatan laut Pasukan Salib di Laut Mediterania. Khoiruddin Barbarosa memiliki peranan yang signifikan dalam membantu Sultan Sulaiman menghadapi orang-orang Spanyol dan menyelamatkan ribuan muslim Spanyol dari kekejaman Kristen Eropa. Pada tahun 935 H/ 1529 M, kapal-kapal laut Utsmani diberangkatkan menuju pesisir Spanyol untuk mengangkut sekitar 7000 muslim Spanyol yang diburu oleh pemerintah Kristen Spanyol untuk dibunuh, dipaksa memeluk Kristen, atau dijadikan budak. Sultan juga mempercayakan Khoiruddin Barbarosa dalam menghadapi serangan orang-orang Spanyol di Laut Mediterania. Spanyol menderita kerugian yang sangat besar karena kalah dalam pertempuran tersebut. Dan penderitaan terbesar aliansi Kristen adalah dalam Perang Preveza pada tahun 945 H/1538 M. Khoiruddin Barbarosa juga berperan dalam kerja sama militer dengan Prancis saat membebaskan Kota Nice pada tahun 950 H/1543 M. Hasil dari kerja sama ini adalah Utsmani diberikan kekuasaan atas kota pelabuhan Toulon. Dan Kota Toulon pun menjadi basis militer dan pelabuhan Kerajaan Utsmani di Laut Mediterania bagian barat. Perkembangan Daulah Utsmaniyah di Masa Sultan Sulaiman Kekuasaan Utsmani kian meluas hingga mencapai Laut Merah karena mereka berhasil mengusir orang-orang Portugal dari wilayah tersebut. Di Afrika, Habasyah pun menjadi bagian dari Utsmani. Dengan demikian, jalur-jalur perdagangan antara Asia dan dunia Barat melewati negara Islam Turki Utsmani. – Perkembangan Peradaban Selain sebagai kepala negara, Sultan Sulaiman al-Qonuni adalah seorang yang mahir dalam menggubah syair, menulis kaligrafi, dan mengusai beberapa bahsa timur, seperti bahasa Arab. Ia juga suka dengan batu mulia, arsitektur, dan kontruksi bangunan. Hal ini berdampak pada pembangunan di kerajaannya. Ia membangun beberapa bangunan utama seperti benteng di Rhodes, Belgrade, dan di wilayah Iran. Ia juga membangun masjid-masjid di wilayah Aden, Yaman, dan al-Qanatir al-Khayriyya, Mesir serta di berbagai penjuru wilayah Turki Utsmani. Khususnya di Damaskus, Mekah, dan Baghdad. Ia juga menunjukkan seni arsitektur pada bangunan-bangunan di ibu kota dan berbagai daerah. Seorang sejarawan yang bernama Jamaluddin Falih al-Kailani mengatakan bahwa masa Sultan Sulaiman al-Qonuni merupakan masa keemasan Daulah Utsmani. Karena pada masanya Turki Utsmani menjadi satu-satunya negara adidaya di muka bumi dan memiliki dominasi kekuasaan di Laut Mediterania.

Mesjid Sultan Sulaiman di Istambul, Turki.
Pada masanya juga muncul arsitek-arsitek ulung dalam sejarah Islam, seperti Sinan Basya yang berperan besar dalam pembangunan-pembangunan Kerajaan Turki Utsmani. Ia juga yang memberikan sentuhan khas akan arsitektur Utsmani. Sehingga orang dengan mudah mengenal bangunan-bangunan Utsmani. Arsitek lainnya adalah Mimar Sinan. Ia membangun Masjid Sulaiman al-Qonuni atau dikenal juga dengan Jami’ as-Sulaimaniyah di Istanbul, pada tahun 964 H/1557 M. Ini adalah salah satu bangunan terbaik yang dibangun oleh seorang arsitek Islam yang bernama Mimar Sinan. Selain kemajuan dalam bidang politik dan sosial kultural, seni kaligrafi pun mencapai puncak kemajuannya di zaman Sultan Sulaiman. Banyak ahli kaligrafi terkenal yang muncul di zamannya. Sebut saja Hasan Effendi Chalibi al-Qarah Hashari yang membuat kaligrafi-kaligrafi di Jami’ as-Sulaiman. Ada juga Ahmad bin Qarah Hashari penulis Rawa-i’ al-Khoththi al-Arabi wa al-Fanni ar-Rafi’. Demikian juga bermunculan ulama-ulama. – Perkembangan Perundang-Undangan dan Administrasi Sultan Sulaiman al-Qonuni menyusun tata perundangan dengan berdiskusi bersama Syaikh Abu as-Suud Effendi. Ia berusaha agar tata perundangan yang ia rancang tidak melenceng dari garis-garis yang dibataskan syariat Islam. Undang-undang tersebut dikenal dengan Qanun Namuhu Sulthan Sulaiman atau Undang-Undang Sultan Sulaiman. Undang-undang yang ia susun ini diterapkan hingga abad ke-13 H atau abad ke-19 M. Karena konsistennya Sultan Sulaiman dalam menerapkan undang-undang yang ia susun, ia pun dilaqobi dengan al-Qonuni. Oleh karena itu, gelar-gelar yang diberikan orang-orang Eropa kepada Sultan Sulaiman seperti The Magnificent dan The Great, tidak memiliki pengaruh dan kesan yang mendalam dibanding laqob al-Qonuni. Karena laqob ini menunjukkan keadilan sang sultan dalam memerintah. Dengan luasnya wilayah kekuasaan Turki Utsmani, kerajaan ini juga mengimbanginya dengan administrasi yang rapi dan tertata. Wafatnya Sultan Sulaiman Di penghujung usianya, Sultan Sulaiman menderita sakit encok, sehingga membuatnya tidak bisa lagi mengendarai kuda. Dan beliau memiliki usia yang cukup panjang, mencapai 74 tahun. Saat ia mengetahui orang-orang Kristen Eropa, berada di garis perbatasan negeri kaum mslimin, Sultan Sulaiman tetap berdiri, berjihad memimpin pasukannya, padahal saat itu beliau sedang menderita sakit yang cukup parah. Ia berangkat pada tanggal 9 Syawal 973 H/29 April 1566 M. Saat sampai di Kota Szigetvár, Hungaria, sakit yang beliau derita pun bertambah parah. Sebelumnya, dokter kerajaan telah menasihatinya agar tidak berangkat ke medan jihad, dengan harapan sakit yang ia derita dapat sedikit reda atau bahkan sembuh total. Namun beliau menjawab dengan jawaban yang diingat oleh sejarah, ia berkata, “Aku lebih senang wafat dalam keadaan berjihad di jalan Allah”.

Monumen persaudaraan antara Turki dan Hungaria yang dibangun di Kota Szigetvár. Tampak patung Sultan Sulaiman dan Nikola Zrinski.
Sultan pun mengepung Kota Szigetvár. Setelah dua minggu mengepung, sampailah pasukan Islam di garis depan, dan pertempuran pun pecah. Cuaca yang dingin, kekuatan besar Kristen dan semangat tinggi mereka untuk mempertahankan benteng, menjadikan perang itu sebagai perang terberat yang dihadapi umat Islam. Peperangan dan pengepungan terus berlangsung hingga genap 5 bulan. Kekhawatiran kaum muslimin pun kian meningkat karena sulitnya menaklukkan benteng Szigetvár ini. Di sisi lain, sakit sultan bertambah parah, dan ia merasakan bahwa ajalnya telah dekat. Sultan pun merendahkan dirinya kepada Allah Ta’ala, ia berkata, “Ya Allah penguasa sekalian alam, berilah kemenangan kepada hamba-hamba-Mu, umat Islam, tolonglah mereka, dan berilah nyala api pada orang-orang kafir ini”. Allah Ta’ala mengabulkan doa Sultan Sulaiman. Salah satu peluru meriam umat Islam menghatam gudang mesiu orang-orang kafir. Ledakan dahsyat pun terjadi. Benteng mereka pun jebol. Umat Islam pun menyerang mereka habis-habisan. Dan pada akhirnya, bendera Sulaimaniyah berhasil berkibar di puncak benteng. Betapa gembiranya sultan dengan kemenangan tersebut. Ia memuji Allah atas nikmat yang agung ini. Lalu ia berkata, “Sekarang, selamat datang wahai kematian. Selamat datang kebahagian (kemenangan) dan (semoga) kemenangan yang abadi. Berbahagialah jiwa yang ridha dan diridhai. Yaitu mereka yang Allah ridhai dan mereka juga ridha kepada Allah”. Ruh sang sultan pun beranjak, pergi meninggalkan jasadnya pada tanggal 20 Shafar 974 H/5 September 1566 M. Semoga Allah menempatkan di surga yang penuh dengan kebahagiaan. Kabar wafatnya Sultan Sulaiman, disampaikan Muhammad Basya kepada putra mahkota Sultan Salim II. Sultan Salim II berangkat menuju Szigetvár untuk menjemput sang ayah, kembali menuju Istanbul. Hari itu adalah hari yang penuh duka cita, umat Islam merasakan kesedihan dan kehilangan yang sangat mendalam. Adapun orang-orang Kristen Eropa merasakan kegembiraan yang begitu besar atas wafatnya Sultan Sulaiman, melebihi kegembiraan mereka atas wafatnya Sultan Bayazid I dan Muhammad al-Fatih. Mereka dentangkan lonceng-lonceng gereja mereka karena gembira dengan wafatnya sang mujahid. Diterjemahkan secara bebas dari tulisan Dr. Raghib as-Sirjani (sejarawan Mesir) Sumber: islamstory.com/ar/السلطان-سليمان-القانوني-قادة-لا-تنسى