Nasabnya adalah Muhammad
bin Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Quraisy bin
Kilab. Rasulullah saw. memiliki silsilah yang berujung pada Adnan anak
keturunan Nabi Ismail a.s. Semuanya dikenal sebagai orang-orang yang mulia dan
shalih. Tak heran jika Rasulullah saw. adalah anak Adam yang paling mulia
kehormatan dan paling utama nasabnya. “Aku adalah manusia pilihan dari di
antara manusia pilihan dari di antara manusia pilihan." [ Lihat Schema ]”
Rasulullah saw. Dilahirkan
pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah bertepatan dengan tahun 570 M di
Mekkah. Beliau saw adalah putra semata wayang dari Abdullah, anak terakhir
Abdul Muthallib. Abdul Muthalllib pernah bernazar, jika dikaruniai 10 anak
lelaki, ia akan menyembelih satu orang di antaranya untuk Allah. Ketika diundi,
keluarlah nama Abdullah. Ketika Abdul Muthallib akan memenuhi nazarnya, kaumnya
bermusyawarah dan menawarkan kepadanya agar menebus putra bungsunya itu dengan
100 ekor unta atau serata dengan diat 10 orang budak.
Abdullah wafat saat
Rasulullah saw. masih dalam kandungan Aminah, ibunya. Aminah adalah anak Wahab
bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Rasulullah saw. lahir di hari Senin, 12
Rabi’ul Awal tahun Gajah. Aminah mengirimkan bayinya ke Abdul Muthallib. Lantas
Abdul Muthallib membawa bayi yang dinamainya Muhammad itu berthawaf
mengelilingi Ka’bah.
Menginjak usia lima tahun,
ibu beliau meninggal dunia. Pada usia sembilan tahun, kakek beliau pun
meninggal dunia. Sebelum wafat, Abdul Muthalib menitipkan cucunya ini (saw)
kepada putranya, Abu Thalib agar menjaga dan merawatnya.
Tahun Gajah, apa
maksudnya? Di tahun kelahiran Rasulullah saw. ada peristiwa besar di Mekkah. Abrahah Al-Habsyi seorang panglima perang kebangsaan Habasyah (Ethiopia)
berkuasa di sebagai Gubernur Yaman di bawah pemerintahan Raja Najasyi, Raja
Habasyah. Ia membangun sebuah gereja besar yang diberi nama Al-Qallais. Abrahah
ingin gerejanya itu menjadi kiblat seluruh bangsa Arab.
Seorang pria dari Bani Kinanah mendengar obsesi Abrahah itu. Ia pergi ke Yaman
dan menyelinap ke dalam gereja itu di malam hari. Ia buang air besar kemudian
membuang kotorannya di kiblat gereja itu.
Mengetahui itu, Abrahah marah. Ia bersumpah akan pergi ke Mekkah dan menghancurkan Ka’bah. Abrahah mengerahkan tentara dan pasukan gajahnya. Namun, perjalanan pasukan gajah ini terhenti di Mina. Allah swt. membinasakan pasukan itu dengan mengirimkan serombongan Burung Ababil yang melemparkan batu atau kerikil mematikan, sehingga pasukan Abrahah binasa seperti daun dimakan ulat. Tahun terjadinya peristiwa itu dinamakan Tahun Gajah.
Ibu Susu Rasulullah SAW
Sudah menjadi tradisi
kalangan terpandang Arab, bayi-bayi mereka disusui oleh murdi’at (para wanita
yang menyusui bayi). Orang yang pertama menyusui Rasulullah setelah ibunya adalah Tsuaibah. Kemudian Rasulullah saw. disusukan kepada Halimah binti Dzu'aib as Sa’diyah dari bani Sa'ad hingga berumur dua tahun.
Keberadaan Muhammad mungil memberi berkah kepada keluarga Halimah, bahkan bagi kabilahnya. Setelah dua tahun, Halimah membawa Muhammad kecil mengunjungi ibunya. Karena sadar bahwa keberadaan Muhammad kecil memberi berkah kepada kampungnya, Halimah memohon Aminah agar Muhammad kecil diizinkan tinggal kembali bersama Bani Sa’ad. dan Aminah setuju, sehingga Rasulullah kembali di asuh oleh Halimah sampai berusia empat tahun.
Pada usia enam tahun, beliau di bawa oleh Ibunya untuk berziarah ke makam ayahnya di Yatsrib. Namun ketika sampai di Abwa' Ibu Rasulullah meninggal dan dimakamkan di Abwa'. Dalam perjalanan ziarah tersebut, ikut juga pengasuh Rasulullah yaitu Ummu Aiman. Setelah kematian Aminah, Rasulullah saw. di asuh oleh Kakeknya Abdul Muthalib selama dua tahun.
Saat beliau berumur delapan tahun, kakeknya Abdul Muthalib meninggal dan selanjutnya beliau di asuh oleh pamannya Abu Thalib. Pada usia 12 tahun, beliau di ajak berniaga oleh Abu Thalib ke Negeri Syam. Ketika tiba di Basrah, beliau bertemu dengan pendeta nasrani Bahira (Bukhira) yang mengatakan kepada Abu Thalib bahwa kemenakannya memiliki tanda-tanda kenabian dan menyarankan agar Rasulullah kembali di bawa pulang agar tidak dicelakai orang Romawi dan Yahudi.
Pada tahun ke 14 dari kelahirannya, beliau ikut dalam perang Fijar pada suatu tempat diantara Nakhlah dan Thaif antara kabilah Quraisy dan sekutunya bani Kinanah melawan kabilah Qais 'Ailan. Dalam hal ini Rasulullah ikut membantu paman-pamannya menyediakan anak panah.
Pada usia 25 tahun, Rasulullah dipercaya membawa barang perniagaan milik Khadijah binti Khuwailid untuk diperdagangkan ke negeri Syam.
Keberadaan Muhammad mungil memberi berkah kepada keluarga Halimah, bahkan bagi kabilahnya. Setelah dua tahun, Halimah membawa Muhammad kecil mengunjungi ibunya. Karena sadar bahwa keberadaan Muhammad kecil memberi berkah kepada kampungnya, Halimah memohon Aminah agar Muhammad kecil diizinkan tinggal kembali bersama Bani Sa’ad. dan Aminah setuju, sehingga Rasulullah kembali di asuh oleh Halimah sampai berusia empat tahun.
Pada usia enam tahun, beliau di bawa oleh Ibunya untuk berziarah ke makam ayahnya di Yatsrib. Namun ketika sampai di Abwa' Ibu Rasulullah meninggal dan dimakamkan di Abwa'. Dalam perjalanan ziarah tersebut, ikut juga pengasuh Rasulullah yaitu Ummu Aiman. Setelah kematian Aminah, Rasulullah saw. di asuh oleh Kakeknya Abdul Muthalib selama dua tahun.
Saat beliau berumur delapan tahun, kakeknya Abdul Muthalib meninggal dan selanjutnya beliau di asuh oleh pamannya Abu Thalib. Pada usia 12 tahun, beliau di ajak berniaga oleh Abu Thalib ke Negeri Syam. Ketika tiba di Basrah, beliau bertemu dengan pendeta nasrani Bahira (Bukhira) yang mengatakan kepada Abu Thalib bahwa kemenakannya memiliki tanda-tanda kenabian dan menyarankan agar Rasulullah kembali di bawa pulang agar tidak dicelakai orang Romawi dan Yahudi.
Pada tahun ke 14 dari kelahirannya, beliau ikut dalam perang Fijar pada suatu tempat diantara Nakhlah dan Thaif antara kabilah Quraisy dan sekutunya bani Kinanah melawan kabilah Qais 'Ailan. Dalam hal ini Rasulullah ikut membantu paman-pamannya menyediakan anak panah.
Pada usia 25 tahun, Rasulullah dipercaya membawa barang perniagaan milik Khadijah binti Khuwailid untuk diperdagangkan ke negeri Syam.
Masa Kecil dan Remaja
Sejarah mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw pada masa kecilnya dan
remajanya telah memiliki keutamaan di atas orang-orang seusianya. Berdasarkan
ucapan dan perilakunya, jelas dia bukan manusia biasa.
Tentang beliau saw Abu Thalib bercerita :
“Di satu malam aku mendengar kata-kata yang luar biasa dari
Muhammad saw. Bila kami makan dan minum, kami tidak menyebut Allah. Kemudian
aku mendengar dari Muhammad ketika (hendak) makan mengucapkan: Bimillâhi
al-`ahad (maksudnya: “Dengan nama Allah Yang Esa”). Sesudah makan ia
mengucapkan: Alhamdu lillâhi katsîran (baca: “Segala puji bagi Allah
sebanyak-banyaknya”). Aku sangat heran dengan perilaku ini. Terkadang,
tiba-tiba aku menemuinya dan melihat di atas kepalanya cahaya yang melambung ke
langit. Tidak pernah aku mendengar dusta dari Muhammad. Tingkah laku jahiliyah
takkan tersentuh olehnya. Tak pernah aku melihat ia tertawa-tawa berlebihan
atau bermain dengan anak-anak atau memperhatikan mereka. Ia suka sendiri dan
berendah hati.
Ibn Abbas menceritakan :
“Waktu subuh anak-anak Abu Thalib sudah bangun tidur, kedua mata
mereka tidak bersih. Tapi kedua mata Muhammad jernih dan terang. Pagi hari, Abu
Thalib memberi makan anak-anaknya. Mereka saling berebut makanan. Tetapi
Muhammad tidak berebut dengan mereka. Melihat hal demikian, Abu Thalib
menyediakan makanan untuknya secara terpisah.
Abul Fida menyampaikan :
“Rasulullah saw dibesarkan
Abu Thalib. Allah menjaga beliau dari melakukan perbuatan-perbuatan jahiliyah
dan keburukan-keburukannya. Sebab Dia menghendaki karamah beliau, hingga beliau
menjadi dewasa dan memiliki keutamaan di atas semua orang dari segi kemuliaan,
budi pekerti, etika bergaul, sikap baik terhadap tetangga, kesabaran, amanah
dan kejujuran. Tidak pernah beliau bersenda gurau atau berdebat dengan orang
lain. Semua sifat terpuji ada pada dirinya, sehingga beliau disebut Muhammad
al-Amîn (yang terpercaya).
Anas bin Malik
menyampaikan :
“Sebelum bi’tsah, orang-orang memanggil beliau al-`Amîn. Sebab beliau dikenal amanah dan adil.”
Rabi’
bin Hatim mengatakan :
“Di
zaman jahiliyah bila ada orang-orang yang berselisih, mereka merujuk kepada
Nabi Muhammad saw. Nadhar bin Harits berkata kepada kaum Quraisy: ‘Kalian
mengakui Muhammad di masa kecil paling terpuji, paling jujur dan paling
terpercaya di antara kalian. Tetapi di masa rambutnya sudah beruban dan dia
diutus oleh Allah kepada kalian, kalian mengatakan: ‘Dia penyihir!’ Tidak, demi
Allah dia bukan penyihir.’”
Pada
usia dua puluh tahun, beliau saw ikut serta dalam Hilfu al-Fudhûl (sumpah
pemuda). Sejumlah orang yang beritikad baik mengadakan kesepakatan di rumah
Abdullah bin Jad’an dan mengikat janji: Selama mereka hidup, akan membela kaum
tertindas yang tanpa perlindungan dan mengembalikan hak-hak mereka dari para
penindas. Nabi Muhammad saw menceritakan tentang hal ini:
“Aku
hadir dalam perjanjian yang disepakati di rumah Abdullah bin Jad’an, dan aku
tidak akan mau menukarnya dengan unta-unta yang berbulu merah (yang paling
bagus sekalipun—penerj.). Dan pada masa Islam pun aku (masih komitmen)
menyambut seruan mereka itu.”
Dengan
bukti-bukti historis di atas disimpulkan bahwa Nabi Muhammad saw, sebelum
bi’tsah dikenal oleh masyarakat dengan perilaku yang baik, amanah, jujur,
sabar, pro-keadilan, tidak menyakiti dan menjaga kesucian.
Berdasarkan
saksi hidup yang baik ini, orang-orang bisa menerima pengakuan beliau sebagai
nabi dan mengimaninya.