Bagian 1
Sering kita memandangi langit yang indah dengan semburat sinar
matahari di pagi hari. Ia bagaikan kanvas biru yang terhampar luas dengan
guratan cat putih lapisan awan. Kita juga suka menikmati malam purnama dengan
pendaran sinar rembulan yang menerangi ufuk. Cahayanya menancapkan ketenangan
tidak menyilaukan, tidak pula memudarkan keindahan.
Selain keindahan dan
kekokohan langit yang luas tanpa retak itu, pernahkah kita merenung-kan bahwa
tempat yang berjarak 500 tahun perjalanan dari muka bumi itu adalah sebuah
negeri dimana makhluk-makhluk mulia tinggal. Ya, di sanalah tempatnya para
malaikat.
Allah ﷻmenciptakan malaikat
dari cahaya. Cahaya apa? Tidak dijelaskan rincian tentang hal ini dan kita
tidak dibebani syariat untuk mencari tahu tentang hal itu. Ibunda Aisyah
menyampaikan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari
api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah disifatkan kepada kalian (tanah).”
(HR. Muslim no. 2996)
Dan jumlah mereka
sangatlah banyak. Rasulullah ﷺ bersabda,
مَا فِيهَا مَوْضِعُ أَرْبَعِ أَصَابِعَ
إِلَّا وَمَلَكٌ وَاضِعٌ جَبْهَتَهُ سَاجِدًا لِلَّهِ
“Tidak ada satu ruang
selebar 4 jari, kecuali di sana ada malaikat yang sedang meletakkan dahinya,
bersujud kepada Allah.” (HR. Ahmad No. 21516).
Di antara hal yang disaksikan
Rasululullah ﷺ saat isra mi’raj adalah
فَرُفِعَ لِي البَيْتُ المَعْمُورُ،
فَسَأَلْتُ جِبْرِيلَ، فَقَالَ: هَذَا البَيْتُ المَعْمُورُ يُصَلِّي فِيهِ كُلَّ
يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ، إِذَا خَرَجُوا لَمْ يَعُودُوا إِلَيْهِ آخِرَ
مَا عَلَيْهِمْ
“Kemudian ditunjukkan
kepadaku baitul ma’mur. Aku pun bertanya kepada Jibril, beliau menjawab, ‘Ini
Baitul Ma’mur, setiap hari ada 70.000 malaikat yang shalat di dalamnya. Setelah
mereka keluar, mereka tidak akan kembali lagi, dan itu menjadi kesempatan terakhir
baginya.‘ (HR. Bukhari 3207 dan Muslim 164).
Artinya jumlah malaikat
itu sangatlah banyak. Lebih banyak dari jumlah manusia. Dan sejumlah besar
malaikat itu dipimpin oleh Malaikat Jibril ‘alaihissalam.
Keistimewaan Para Malaikat
Sebelum bertutur tentang
Jibril, sejenak kita simak beberapa malaikat yang dipimpin oleh Jibril. Kita
rangsang nalar kita dengan mengenal keagungan penciptaan mereka sebelum kita
berbicara tentang yang paling istimewa di antara mereka. Karena terkadang nalar
kita yang lemah ini tidak bisa langsung meloncat membayangkan dan mentadabburi
sesuatu yang paling istimewa sebelum dikenalkan dengan hal-hal yang istimewa di
bawahnya.
Alquran dan sunnah
menyebutkan beberapa malaikat yang hendaknya dikenal oleh kaum muslimin.
Jibril, Mikail, Israfil, Malaikat Maut, Munkar dan Nakir, Raqib dan Atid,
Ridwan dan Malik. Merekalah malaikat-malaikat yang tidak lalai dari apa yang
Allah perintahkan, tidak pula mereka memaksiati Tuhannya.
Para malaikat adalah
makhluk yang terbuat dari cahaya yang Allah ciptakan dengan sayap-sayap. Allah ﷻ berfirman,
الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا أُولِي أَجْنِحَةٍ مَثْنَىٰ وَثُلَاثَ
وَرُبَاعَ ۚ يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Segala puji bagi Allah
Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk
mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang)
dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fathir: 1).
Di antara malaikat yang
dipimpin oleh Jibril adalah malaikat pemikul arasy. Pemikul ciptaan Allah ﷻ yang terbesar.
Rasulullah ﷺ
bersabda:
أُذِنَ لِىْ أَنْ أُحَدِّثَ عَنْ مَلَكٍ
مِنْ مَلاَئِكَةِ اللهِ مِنْ حمَلَةِ الْعَرْشِ مَا بَيْنَ شَحْمَةِ أُذُنِهِ إلَى
عَاتِقِهِ مَسِيْرَةُ سَبْعِمِائَةِ سَنَةٍ.
“Aku diidzinkan untuk
menceritakan tentang salah satu malaikat Allah pemikul arasy, yaitu antara
daging telinga (tempat anting. pen) dengan pundaknya sejauh tujuh ratus tahun
perjalanan.” (HR. Abu Dawud no 4727).
Salah satu dari pemikul
arasy itu adalah Israfil sang peniup Sangkakala. Tahukah Anda besarnya
Sangkakala itu? Diameternya adalah antara langit dan bumi. Sedangkan jarak
langit dan bumi adalah 500 tahun perjalan dengan kuda yang tercepat.
Dari al-Abbas bin Abdul
Muthallib, Rasulullah ﷺ bersabda,
هَلْ تَدْرُوْنَ كَمْ بَيْنَ السَّمَاءِ
وَالأَرْضِ؟ قُلْنَا: اَللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: بَيْنَهُمَا
مَسِيْرَةٍ خَمْسَمِائَة سَنَة…
“Apakah kalian tahu
berapa jarak antara langit dan bumi?” Kami (para sahabat) menjawab, “Allah dan
Rasul-Nya lah yang lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Jarak langit dan bumi
adalah perjalanan 500 tahun…” (HR. Abu Dawud dan selainnya).
Allahu Akbar! Bayangkan!
Betapa agungnya penciptaan malaikat pemikul arasy. Itulah salah satu malaikat
yang begitu besar dan Jibril adalah pemimpinnya.
Malaikat lainnya adalah
Malaikat Malik, penjaga neraka. Pernahkah Anda mendengar hadits tentang sifat
fisik penduduk neraka? Penduduk neraka adalah orang-orang yang Allah besarkan
fisik mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا بَيْنَ مَنْكِبِي الكَافِرِ فِي
النَّارِ مَسِيْرَةٌ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ لِلرَّاكِبِ المُسْرِعُ
“Jarak antara dua ujung
pundak orang kafir di dalam neraka sejauh perjalanan 3 hari yang ditempuh
penunggang kuda yang larinya cepat.” (HR. Bukhari 6551 dan Muslim 2852).
Sebagai ilustrasi, andaikan saja kecepatan kuda berlari jarak jauh 1 jam lk 50 km dan jika 1 hari = 12 Jam, maka lebar pundak orang kafir adalah sejauh 50 x 12 jam x 3 hari = 1.800 km. Jika perbandingan antara lebar bahu dan tinggi badan lk 3,50 kali, maka tinggi badan orang kafir lk 3,5 x 1.800 km = 6.300 km.
Allah besarkan jisim
mereka agar adzab yang mereka derita lebih maksimal dan lebih terasa di setiap
lekuk dan jengkal tubuhnya. Kalau penduduk neraka sebesar itu, lalu bagaimana
dengan Malaikat Malik, penjaga neraka. Malaikat yang ditakuti oleh para
kriminal dan pendosa penghuni Jahannam itu. Suatu ketika, kelak penduduk neraka
meminta kepada Malik agar menyampaikan kepada Allah supaya mereka dimatikan
saja. Karena tidak tahan dengan pedihnya derita adzab.
وَنَادَوْا يَا مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا
رَبُّكَ قَالَ إِنَّكُم مَّاكِثُونَ
“Mereka berseru: “Hai
Malik biarlah Rabbmu membunuh kami saja”. Dia menjawab: “Kamu akan tetap
tinggal (hidup di neraka ini selama-lamanya)”. (QS. Az-Zukhruf: 77).
Lalu bagaimana pula
hebatnya Malaikat Maut yang bertugas mencabut nyawa? Malaikat yang tunggal ini
mampu mencabut nyawa manusia di segala penjuru dunia, di ujung timur dan barat,
dalam waktu serentak. Dalam detik yang sama. Dan dia sama sekali tidak pernah
lalai dalam melakukannya. Ia tidak pernah terlambat mengeksekusi manusia. Tidak
juga terlalu cepat. Semua ia lakukan dengan presisi dan akurasi waktu yang luar
biasa tepatnya.
Ya ilahi.. ya Rabbi..
rasa-rasanya imajinasi kami terlalu uzur untuk membayangkan agungnya penciptaan
para malaikat-Mu. Pemuja akal dan logika pun begitu lemah berhadapan dengan
nash-nash ini. Sehingga menolaknya mereka jadikan solusi untuk menutupi
kelemahan itu.
Sifat Fisik Jibril
Berbicara tentang Jibril
tentu akan semakin membuktikan ketidak-berdayaan logika manusia. Allah ﷻ mengabarkan bahwa para
malaikat ada yang memiliki dua sayap, tiga, empat, atau lebih. Sedangkan akal
manusia hanya mampu menggambarkan mereka dengan dua sayap saja, di kiri dan di
kanan. Bagaimana kalau tiga sayap? Bagaimana kalau empat? Apatah lagi 600 sayap
seperti Jibril. Rasulullah ﷺ bersabda,
Dari Ibnu Mas’ud
radhialahu ‘anhu,
رَأَى مُحَمَّدٌ ﷺ جِبْرِيْلَ لَهُ سِتُّمِائَةِ جَنَاحٍ قَدْ سَدَّ الأُفُق
“Muhammad ﷺ
melihat
Jibril (dalam wujud aslinya pen.). Ia memiliki 600 sayap yang menutupi langit.”
(HR. An-Nasa-i).
Ibunda Aisyah radhiallahu ‘anha pernah bertanya kepada kekasihnya,
Rasulullah ﷺ tentang dua ayat di dalam Alquran. Yakni ayat dalam surat:
وَلَقَدْ رَآهُ بِالْأُفُقِ الْمُبِينِ
“Dan sesungguhnya
Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang.” (QS. At-Takwir: 23).
Dan surat:
وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ عِنْدَ
سِدْرَةِ الْمُنْتَهَىٰ عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَىٰ
“Dan sesungguhnya
Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang
lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal.” (QS.
An-Najm: 13-15).
Rasulullah ﷺ
menjawab,
“Itulah Jibril yang tidak pernah kulihat ia dalam wujud aslinya. Kecuali pada
dua kesempatan itu saja. Aku melihatnya turun dari langit, dimana tubuhnya yang
besar memenuhi ruang antara langit dan bumi.” (HR. Muslim, No. 177).
“Rasulullah ﷺ
melihat
Jibril dengan bentuk aslinya. Dia memiliki enam ratus sayap. Setiap satu
sayapnya dapat menutupi ufuk. Dari sayapnya berjatuhan mutiara dan yaqut dengan
beragam warna.” (HR. Ahmad No. 460).
Penghulu Malaikat dan Penyampai Wahyu
Maha suci Allah yang
telah menjadikan pertemuan antara malaikat terbaik dan manusia terbaik sebagai
pembawa syariat-Nya. Adakah kepalsuan yang datang dari Dia yang Maha Benar,
kemudian disampaikan kepada malaikatnya yang al-amin untuk diwahyukan kepada
al-amin dari anak Adam?
Allah Ta’ala mensifati Malaikat Jibril dengan
firman-Nya,
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ﴿١٩﴾ذِي
قُوَّةٍ عِنْدَ ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ﴿٢٠﴾مُطَاعٍ ثَمَّ أَمِينٍ
“Sesungguhnya Alquran
itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril),
yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang
mempunyai ‘Arsy, yang ditaati disana (di alam malaikat) lagi dipercaya.” (QS.
at-Takwir: 19-21).
Juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَىٰ﴿٥﴾ذُو
مِرَّةٍ فَاسْتَوَىٰ
“Yang diajarkan
kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Yang mempunyai akal yang cerdas; dan
(Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli.” (QS. an-Najm: 5-6).
Itulah kemuliaan
Alquran. Malaikat yang paling mulia adalah yang paling layak mengemban amanah
wahyu-Nya dan manusia yang paling mulia adalah yang paling layak menerimanya.
Di dalam Shahih Bukhari
juga disebutkan, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda: “Jika Allah
mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil Jibril dan berfirman bahwasannya
Allah mencintai fulan maka cintailah fulan, dan Jibrilpun mencintainya. Kemudia
Jibril pun mengumumkan kepada penghuni langit, bahwasannya Allah mencintai
fulan, maka cintailah ia, dan para penghuni langit pun mencintai fulan.
Kemudian dikabulkanlah permohonannya di dunia.” (HR. Bukhari).
Ketika Jibril menyeru
kepada para malaikat untuk mencintai seorang hamba, maka seluruh malaikat penghuni
langit akan tunduk kepadanya. Karena dialah Jibril sang pemimpin Israfil yang
perkasa dan pemimpin Malik Khazin neraka. Dialah Jibril pemimpin malaikat maut
yang taat. Dia pula pemimpin Mikail, Ridwan, Raqib, Atid dan selainnya.
Telah disebutkan sebelumnya, 15 abad yang lalu Jibril dengan
wujud aslinya pernah turun di langit Mekah, antara langit pertama dan muka
dunia. Di dalam Alquran dan hadits dijelaskan pula bahwa Jibril beberapa kali
turun ke bumi untuk berjumpa dengan kekasih-kekasih Rab-Nya atau menghukum para
pendosa yang durhaka.
Penyampai Wahyu dan Pendidik Umat
Pada masa kerasulan
Muhammad ﷺ, Jibril pernah menapaki tanah Madinah menemui kekasih Rab-Nya,
Muhammad ﷺ. Ia datang sebagai pengantar kalam Ilahi atau sebagai pendidik
para sahabat Nabi.
Imam Bukhari
meriwayatkan sebuah hadits dari ibunda Aisyah radhiallahu ‘anha menjelaskan
bagaimana wahyu datang kepada Nabi ﷺ. Aisyah berkata, al-Harits bin Hisyam pernah bertanya kepada
Rasulullah ﷺ
يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ يَأْتِيكَ
الْوَحْيُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْيَانًا
يَأْتِينِي مِثْلَ صَلْصَلَةِ الْجَرَسِ وَهُوَ أَشَدُّهُ عَلَيَّ فَيُفْصَمُ
عَنِّي وَقَدْ وَعَيْتُ عَنْهُ مَا قَالَ وَأَحْيَانًا يَتَمَثَّلُ لِي الْمَلَكُ
رَجُلًا فَيُكَلِّمُنِي فَأَعِي مَا يَقُولُ
“Wahai Rasulullah,
bagaimanakah cara wahyu sampai kepadamu?” Beliau ﷺ menjawab,”Terkadang wahyu itu datang
kepadaku seperti suara lonceng, dan inilah yang terberat bagiku, dan aku
memperhatikan apa dia katakan. Dan terkadang seorang malaikat mendatangi dengan
berwujud seorang lelaki, lalu dia menyampaikan wahyu kepadaku, aku pun
memperhatikan apa yang dia ucapkan.”
Beberapa kali Jibril
datang kepada Nabi dengan sifat-sifat kemalaikatannya. Keadaan inilah yang
terberat bagi Nabi. Dan terkadang ia datang dengan fisik laki-laki.
Umar pernah bercerita
bahwa ada seorang laki-laki yang mengenakan pakaian putih bersih dan rambut
yang sangat hitam datang menemui Nabi ﷺ. Tidak ada seorang sahabat pun yang mengenal laki-laki itu,
tetapi ia kelihatan begitu dekat dengan Nabi. Ia bertanya tentang Islam, iman,
dan ihsan. Di akhir pertemuan Nabi bertanya kepada Umar, “Wahai Umar, tahukah
engkau siapakah dia?” “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Jawab Umar.
“Sesungguhnya dia Jibril. Dia datang untuk mengajarkan agama kepada kalian”.
Sambung Rasulullah ﷺ (HR. Muslim).
Ada salah seorang
sahabat Nabi ﷺ yang Jibril suka menyerupainya saat menjadi manusia. Namanya
Dihyah bin Khalifah al-Kalbi. Dari Anas, Nabi ﷺ bersabda, “Jibril datang serupa dengan
fisik Dihyah. Dan Dihyah adalah seorang laki-laki yang tampan”. (Siyar
A’lamin Nubala, Hal: 554).
Panglima Perang Para Malaikat
Saat situasi genting di
Perang Badr. Umat Islam yang berjumlah tiga ratus beberapa belas orang dengan
tanpa persenjataan lengkap disongsong oleh 950 pasukan musyrik Mekah dengan
perlengkapan perangnya. Jibril datang atas perintah Rabnya dengan membawa
ribuan pasukan malaikat dari langit ke-3.
Rasulullah ﷺ mengabarkan kepada Abu
Bakar, “Bergembiralah wahai Abu Bakar. Pertolongan Allah datang. Ini Jibril di
giginya ada debu-debu (dari medan perang)”. (Fiqhu ash-Shirah, Hal:
408).
Dalam hadits yang lain,
beliau bersabda,
هَذَا جِبْرِيْلُ آخِذٌ بِرَأْسِ فَرَسِهِ
عَلَيْهِ أَدَاةُ الْحَرْبِ
“Ini adalah Jibril
sedang memegang kepala kudanya, dan ia membawa peralatan perang.” (HR.
al-Bukhari, no. 3995).
Bagaimana kiranya, jika
Jibril yang perkasa turut membantu dalam peperangan? Pasukan mana yang akan menderita
kekalahan ketika Allah telah memberikan pertolongan sedemikian? Saat kemenangan
diraih, ribuan malaikat itu tidak serta merta menghabisi semua musuh yang ada
di medan laga. Inilah hikmah agama kita yang mulia, 950 orang musyrik itu tidak
dibinasakan seketika. Perang dalam Islam bukan berarti membunuh dan membantai.
Jika Allah menghendaki, tentu saja ribuan malaikat dari langit ketiga itu mampu
menghabisi mereka semua. Namun di akhir peperangan hanya 70 orang musyrik yang
tewas dan 70 lainnya ditawan.
Keperkasaan Jibril, Adzab Atas Kaum Sodom
Ratusan atau mungkin
ribuan abad yang lalu, saat bumi usianya tak setua saat ini. Jibril bersama
Mikail dan Israfil pernah datang kepada kekasih Allah, Rasulullah Ibrahim ﷺ. Ketiganya datang
memberikan kabar gembira kepada Ibrahim dan Sarah akan kehadiran buah hati
mereka Ishaq. Kemudian ketiganya bertolak menuju kaum Rasulullah Luth. Di
sinilah tajuk Jibril yang perkasa akan kita pahami secara sempurna.
Allah ﷻ menciptakan banyak
makhluk yang lebih kuat dari manusia. Bangsa jin salah satu di antaranya. Di
masa Nabi Sulaiman salah satu jin pernah menyanggupi permintaan Nabi Sulaiman
mengangkat singgasana Ratu Bilqis sebelum Sulaiman berdiri dari duduknya.
قَالَ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ أَيُّكُمْ
يَأْتِينِي بِعَرْشِهَا قَبْلَ أَنْ يَأْتُونِي مُسْلِمِينَ
Berkata Sulaiman: “Hai
pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa
singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang
berserah diri”. (QS. An-Naml: 38).
قَالَ عِفْرِيتٌ مِنَ الْجِنِّ أَنَا
آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ تَقُومَ مِنْ مَقَامِكَ ۖ وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ
أَمِينٌ
Berkata Ifrit (yang
cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana
itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku
benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”. (QS. An-Naml: 39).
Kemudian malaikat
membawanya kepada Sulaiman dengan kecepatan dan kekuatan yang lebih
mencengangkan lagi, yakni lebih cepat kedipan mata singgasana Ratu Bilqis bisa
hadir di hadapan Nabi Sulaiman.
قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ
الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ
Berkatalah seorang yang
mempunyai ilmu dari al-Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum
matamu berkedip”. (QS. An-Naml: 40).
Para ulama menafsirkan
ayat ini bahwa orang shaleh itu memohon kepada Allah. Kemudian Allah
perintahkan malaikat membawa singgasana Bilqis dari Yaman menuju Syam
(Palestina) yang berjarak 3000 Km hanya dalam kejapan mata.
Kekuatan manusia pun
masih kalah dibanding hewan-hewan ciptaan Allah; Eastern Lowland Gorila mampu
mengangkat beban seberat 2000 Kg, bahkan semut pemotong daun atau yang kita
kenal dengan semut rang-rang saja mampu mengangkat benda 50 puluh kali berat
badannya.
Lalu bagaimana dengan
Jibril? Makhluk ciptaan Allah yang perkasa dan dianugerahi pula kecerdasan.
عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَىٰ﴿٥﴾ذُو
مِرَّةٍ فَاسْتَوَىٰ
“Yang diajarkan
kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Yang mempunyai akal yang cerdas; dan
(Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli.” (QS. an-Najm: 5-6).
Jibril pernah mencongkelbumi seluas lima desa kemudian mengangkatnya ke langit, dan membalikkannya
hanya dengan satu sayap kanannya. Ya, Jibril mengangkat kampung kaum Nabi Luth
untuk mengadzab mereka.
Kaum Luth adalah kaum
pendosa. Mereka telah menyekutukan Allah, mendustakan Rasulullah Luth ﷺ, berbuat kotor dengan
homoseksual yang belum pernah dilakukan oleh orang sebelum mereka, dan
menantang datangnya adzab.
Kisah adzab merek
bermula dengan kedatangan Jibril, Mikail, dan Israfil dengan sosok laki-laki
tampan dan gagah menemui Rasulullah Luth. Tiga orang tamu yang rupawan ini
membuat Luth merasa cemas, khawatir kalau kaumnya akan mengganggu mereka.
“Dan tatkala datang
utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah dan merasa
sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan dia berkata: ‘Ini adalah hari yang
amat sulit’.” (QS.Huud: 77).
Karena khianat istri
Nabi Luth, kehadiran para tamu pun bocor ke telinga kaum gay ini. Bertambahlah
kegelisahan Luth. Beliau yang sangat memuliakan tamu dan tidak ingin tamunya
terganggu dan tersakiti.
Luth berkata:
“Seandainya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat
berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan)”. (QS.Huud: 80).
Akhirnya para utusan itu
berkata:
Para utusan (malaikat)
berkata: “Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali
mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa
keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun
di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa
azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka
ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?”. (QS. Huud: 81).
Dari sini kita
mengetahui, para wali Allah dari kalangan Rasul pun tidak mengetahui perkara
gaib.
Syahwat syaithoniyah
kaum Luth makin membuncah liar tak terbendung. Malam itu, mereka mencoba
mendobrak pintu rumah Nabi Luth. Lalu Jibril memukul wajah-wajah mereka dengan
ujung sayapnya hingga mereka menjadi buta. Dengan terhuyung-huyung mereka
kembali ke rumah. Lalu Jibril memerintahkan Luth agar keluar bersama
orang-orang beriman lainnya. Dan datanglah adzab yang pedih kepada kaum Luth.
Di pagi hari, Jibril
congkel bumi kampung kaum Luth dengan satu sayapnya. Kemudian ia angkat ke
langit pertama dengan segala isinya. Hingga penduduk langit mendengar jeritan
manusia-manusianya, lengkingan suara anjingnya, dan kokok ayam yang ada di
dalamnya. Setelah itu ia balik bongkahan besar itu, bagian bawah diputar
menjadi sisi atas. Lalu dilemparkan kembali ke bumi. Diikuti hujan batu dari
sijjil.
Qatadah mengatakan,
“Sampai kepada kami bahwa Jibril mengangkat bagian tengah desa. Kemudian ia
lemparkan ke langit. Hingga penduduk langit mendengar gongong dan salak anjing
mereka. Bagian-bagiannya pun saling menghancurkan.” (Tafsir al-Quran al-Azhim,
tafsir Surat Hud: 82-83).
Muhammad bin Ka’ab
al-Qurazhi mengatakan, “Kampung kaum Luth itu ada 5 kampung; Sodom (Arab: سدوم)
–inilah kampung terbesar-, Sha’bah (Arab: صعبة), Sha’wa (Arab: صعوة), Atsra
(Arab: عثرة), dan Duma (Arab: دوما) (Tafsir al-Quran al-Azhim,
tafsir Surat Hud: 82-83).
Allah al-Aziz Yang Maha
Perkasa, bayangkan!! Daratan sebesar lima desa, dicongkel dan diangkat beigitu
saja menuju langit yang tingginya hanya ditakar dengan mata. Mata yang lemah,
yang tidak tahu berapa jarak pastinya. Pohon-pohon, istana dan bangunan kokoh,
manusia dan hewan, serta segala macam isinya melayang ke ufuk dengan satu sayap
makhluk yang perkasa. Jika demikian apalah artinya kita?
Kita kadang marah kepada
Allah Sang Pencipta tatkala ia menurunkan hujan atau mamaparkan teriknya
matahari ke bumi. Seolah-olah kita mampu melawan-Nya. Kita kadang membusungkan
dada, mengkritik hukum-hukum-Nya karena kita anggap kejam dan tak adil. Kita
tidak kenal limit logika kita. Sebagian dari kita juga sering menyorotkan mata
ke langit, protes atas ketetapan takdir-Nya. Padahal Dialah al-Alim (Yang Maha
Mengetahui) dan al-Hakim (Yang Maha Bijaksana). Dibandingkan Jibril saja,
apalah artinya kita?
Mudah-mudahan dengan mentadabburi makhluk Allah, Jibril ‘alaihissalam, membuat kita semakin takut dan taat kepada Allah. Kita hayati kebesaran-Nya dalam takbir shalat kita, karena Dialah al-Akbar. Kita agungkan Dia dalam rukuk-ruku kita, karena Dialah Rabb al-Azhim. Kita tinggikan Dia dalam sujud-sujud kita, karena Dialah Rabb al-A’la. Innahu ‘ala kulli syai-in qodir… (Dia kuasa atas segala sesuatu)…